NASKAH AKADEMIK
KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM PAUD
DEPDIKNAS
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM 2007
Kajian
Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007
ii
ABSTRAK
Usia
dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentangpertumbuhan
dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa usia dini, semua potensianak
berkembang sangat cepat. Fakta yang ditemukan oleh ahli-ahli
neurologi
,menyatakan
bahwa sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4tahun
dan 80% telah terjadi ketika berusia 8 tahun. Pertumbuhan fungsional sel-sel
syaraf tersebut membutuhkan berbagai situasi pendidikan yang mendukung,
baik situasipendidikan keluarga, masyarakat maupun sekolah.Dalam rangka
memenuhi kebutuhan pendidikan anak usia dini, pemerintah sudahmengembangkan
Kurikulum PAUD dan perangkatnya yang dijadikan acuan bagipenyelenggaraan PAUD.
Kurikulum PAUD hendaknya disusun berdasarkan landasanteoritik, yuridis, dan
empiric. Hingga saat ini
belum
ditetapkan
Standar NasionalPendidikan untuk PAUD sebagai acuan penyusunan KTSP. Untuk itu
perlu disusunnaskah akademik kajian kebijakan kurikulum PAUD.Penyusunan naskah
akademik kajian kebijakan kurikulum PAUD bertujuan untuk memberikan
landasan teoritik (keilmuan) dan empirik bagi perumus kebijakan
danpenyelenggara PAUD pada berbagai kelembagaan. Hasil kajian ini diharapkan
dapatmenjadi kerangka acuan secara konseptual akademik dalam mengembangkan
StandarNasional Pendidikan (SNP) terutama Standar Kompetensi Lulusan (untuk
PAUD disebutStandar Kompetensi Akhir Usia) dan Standar Isi Perkembangan
(SIP).Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD meliputi kajian dokumen dan kajian
pelaksanaankurikulum PAUD serta permasalahannya. Selain itu juga dilakukan
kajian pustaka (kajianteoritis) berbagai landasan keilmuan yang dapat mendasari
atau menjadi pijakan PAUD.Peserta yang terlibat dalam kajian ini terdiri atas
ahli PAUD dari perguruan tinggi, Gurudan Kepala Sekolah TPA/KB/TK/RA. Kajian
ini dilakukan melalui serangkaian kegiatan,meliputi: penyusunan desain,
seminar, studi dokumen, workshop dan presentasi. Dari hasilkajian dokumen dan
kajian pelaksanaan kurikulum PAUD ditemukan banyak masalahyang meliputi semua
dokumen kurikulum dan pelaksanaannya.Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa
Standar Kompetensi TK/RA dan Menu PembelGenerik belum sesuai dengan landasan
teoritis (landasan psikologis), terutama dalam halpenyusunan gradasi
perkembangan dan lingkup perkembangan. Kajian ini menghasilkanbeberapa
rekomendasi, yaitu perlu dilakukan riset perkembangan anak usia dini
Indonesiasebagai acuan empirik dalam menyusun SKAU (Standar Kompetensi Akhir
Usia) dan SIP(Standar Isi Perkembangan), perlu disusun tahapan perkembangan
anak mulai dari lahirsampai usia delapan tahun sebagai dasar penentuan SK dan
KD sehingga adakesinambungan kompetensi dari TB/KB, TK/RA, hingga SD kelas
awal; dan perludikembangkan Standar Nasional Pendidikan untuk anak usia dini
yang didasarkan padanaskah akademik.
Kajian
Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007
iii
DAFTAR
ISIHal
KATA
PENGANTAR iABSTRAKDAFTAR ISIiiiii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang 1B. Landasan Yuridis 2C. Tujuan 3
BAB
II LANDASAN PAUD
A.
Landasan Akademik (Teoritis) 4B. Landasan Yuridis 26C. Landasan Empirik 28
BAB
III TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A.
Kajian Dokumen 30B. Kajian Lapangan 33C. Pembahasan 36
BAB
IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
38Rekomendasi 39
DAFTAR
PUSTAKA
Kajian
Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007
1
BAB
IPENDAHULUANA.
Latar
Belakang
Usia
dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam
sepanjangrentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Pada masa
ini ditandaioleh berbagai periode penting yang fundamen dalam kehidupan anak
selanjutnyasampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang
menjadi penciri masausia dini adalah
the
Golden Ages
atau
periode keemasan. Banyak konsep dan faktayang ditemukan memberikan penjelasan
periode keemasan pada masa usia dini, dimana semua potensi anak berkembang
paling cepat. Beberapa konsep yangdisandingkan untuk masa anak usia dini adalah
masa eksplorasi, masaidentifikasi/imitasi, masa peka, masa bermain dan masa
trozt
alter
1
(masamembangkang tahap 1).Konsep tersebut diperkuat oleh fakta yang ditemukan
oleh ahli-ahli
neurologi
yangmenyatakan
bahwa pada saat lahir otak bayi mengandung 100 sampai 200 milyarneuron atau sel
syaraf yang siap melakukan sambungan antar sel. Sekitar 50%kapasitas kecerdasan
manusia telah terjadi ketika usia 4 tahun, 80% telah terjadi ketikaberusia 8
tahun, dan mencapai titik kulminasi 100% ketika anak berusia 8 sampai 18tahun.
Pertumbuhan fungsional sel-sel syaraf tersebut membutuhkan berbagai
situasipendidikan yang mendukung, baik dalam situasi pendidikan keluarga,
masyarakatmaupun sekolah. Para ahli pendidikan sepakat bahwa periode keemasan tersebuthanya
berlangsung satu kali sepanjang rentang kehidupan manusia. Hal inimenunjukkan
bahwa betapa meruginya suatu keluarga, masyarakat dan bangsa jikamengabaikan
masa-masa penting yang berlangsung pada anak usia dini.Sebagai komitmen dan
keseriusan antar bangsa terhadap pendidikan anak usia dinitelah dicapai
berbagai momentum dan kesepakatan penting yang telah digalang
secarainternasional. Salah satunya adalah Deklarasi Dakkar yang diantaranya
menyepakatibahwa perlunya upaya memperluas dan memperbaiki keseluruhan
perawatan danpendidikan anak usia dini, terutama bagi anak-anak yang sangat
rawan dan kurangberuntung. Adapun komitmen antara bangsa secara internasional
lainnya adalahkesepakatan antar negara yang tergabung dalam Perserikatan
Bangsa-Bangsa yangmenyepakati ”Dunia yang layak bagi anak 2002” atau dikenal
dengan ”
world
fit for children
2002”.
Beberapa kesepakatan yang diperoleh adalah (1) mencanangkankehidupan yang
sehat, (2) memberikan pendidikan yang berkualitas, (3) memberikanperlindungan
terhadap penganiayaan, eksploitasi dan kekerasan.Walapun berbagai upaya secara
konseptual maupun praktis telah diupayakan dalammembangun anak usia dini namun
masih banyak anak usia dini di Indonesia yangbelum terlayani kebutuhannya pada
bidang pendidikan (sensus BPS terbaru 2005mencapai 26 juta). Pada sisi lain,
kelembagaan pendidikan anak usia dini yang adabaru dapat menampung sebesar 27%
Angka Partisipasi Kasar (APK). Hal inidiperburuk dengan masih rendahnya
kualitas penyelenggaraan lembaga pendidikananak usia dini yang dilihat dari
aspek standar program yang diberikan, prosespembelajaran yang belum
mengakomodasi kebutuhan anak dan kualitas sertakualifikasi tenaga pendidik anak
usia dini yang masih tergolong rendah.
Kajian
Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007
2
Dalam
rangka membantu memenuhi kebutuhan anak usia dini pada bidang
pendidikan,pemerintah berusaha menfasilitasi dengan dikembangkannya Kurikulum
PAUD yangdiharapkan dapat membantu memberikan pendidikan yang berkualitas pada
anak usiadini. Dengan rujukan kurikulum ini diharapkan dapat membantu lembaga
pendidikankeluarga (informal), lembaga pendidikan masyarakat (non formal) dan
lembagapendidikan anak usia dini formal (TK/RA) dalam memperoleh akses
konsepkurikulum anak usia dini.Kurikulum PAUD dibutuhkan dalam rangka memenuhi
kebutuhan perkembangan(standar
performence
)
anak pada segala aspek perkembangan sehingga dapatmembantu mempersiapkan anak
beradaptasi secara kreatif dengan lingkungan masakini dan masa depan
kehidupannya. Kurikulum PAUD yang menjadi rujukan sebagianbesar TK/RA, KB, dan
TPA saat ini adalah Kurikulum 2004 Standar KompetensiTK/RA (dari Direktorat
TK/SD), Menu Pembelajaran Generik (dari DirektoratPAUD), Pedoman Pengembangan
Silabus untuk TK/RA, Pedoman Pembelajaranuntuk TK/RA, dan Pedoman Penilaian. Di
samping itu lapangan juga diperkenalkandengan draft Kerangka Dasar Kurikulum
PAUD dan Standar Perkembangan Anak Lahir s.d 6 tahun. Hingga saat ini
belum
ditetapkan
Standar Nasional Pendidikan (8Standar) untuk PAUD. Untuk itu perlu dilakukan
kegiatan Kajian KebijakanKurikulum PAUD yang meliputi kajian pelaksanaan
kurikulum PAUD di lapangandan kajian dokumen serta kajian teoritis berbagai
landasan keilmuan yang dapatmendasari atau menjadi pijakan Pendidikan Anak Usia
Dini. Hasil kajian ini berupa“Naskah Akademik” yang diharapkan menjadi masukan
dalam merumuskan StandarNasional Pendidikan untuk PAUD yang berkaitan dengan
Standar KompetensiLulusan (untuk anak usia dini disebut Standar Kompetensi
Akhir Usia), Standar Isi(Standar Kompetensi Perkembangan atau Standar
Perkembangan), Standar Proses,Standar Penilaian, Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan PAUD, Standar Saranadan Prasarana, Standar Pengelolaan dan Standar
Pembiayaan.
B.
Landasan
Yuridis
1.
Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Dalam undang-undang nomor 23
tahun 2002 ditegaskan beberapa hal pentingsebagai berikut.a.
Pasal
4 mengungkapkan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh,berkembang,
dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabatkemanusiaan
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diksriminasi.b.
Pasal
9 mengungkapkan dua hal pokok yaitu;1).
Setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangkapengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minatdan bakatnya.2).
Selain
hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang
menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa,sedangkan bagi
anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkanpendidikan khusus.2.
Undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Undang-Undang Nomor 20
telah memberikan payung hukum untuk perlunyadiselenggarakan pendidikan anak
usia dini pada ketiga jalur pendidikan. Pada pasal
Kajian
Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007
3
28
undang-undang nomor 20 tahun 2003 ditegaskan tentang penyelenggaraanpendidikan
anak usia dini pada jalur informal (keluarga), jalur non formal
(sepertiKelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak) dan jalur formal (Taman Kanak-kanak
dan Raudhatul Atfal).
C.
Tujuan
Kajian
kurikulum PAUD ini disusun untuk memberikan landasan keilmuan
dalammenyelenggarakan pendidikan anak usia dini pada berbagai kelembagaan.
Kajian ini juga dimaksudkan memberikan pemahaman tentang pentingnya penguasaan
konsepkeilmuan yang membangun dan mendukung penyelenggaraan pendidikan anak
usiadini. Upaya ini sekaligus dapat membangun kebiasaan berpikir dan bertindak
praksisdalam menjalankan profesi tenaga pendidik anak usia dini. Adapun tujuan
khususkajian ini diarahkan pada :1.
Memberikan
analisis konsep dasar filosofis dan keilmuan pendidikan serta ilmubantu lainnya
sebagai dasar pengembangan seluruh komponen kurikulum.2.
Memberikan
acuan (
guideline
)
secara
konseptual akademik dalam menyusunstandar kompetensi lulusan (SKL) dan standar
isi (SI) sebagai bagian intergralkurikulum.3.
Memberikan
guideline
secara
konseptual akademik dalam menyusun standarproses pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan (
Developmentally Appropriate
)
dan berbagai kebutuhan anak usia dini.4.
Memberikan
guideline
secara
konseptual akademik dalam menyusun standarpenilaian yang dapat dijadikan
alternatif untuk melakukan asesmen danpemantauan tumbuh kembang anak.5.
Memberikan
guideline
secara
konseptual akademik dalam menyusun standarpengelolaan pembelajaran pada anak
usia dini dengan berbagai seting dan situasi.6.
Memberikan
guideline
secara
konseptual akademik dalam menyusun standarpendidik yang dipersyaratkan untuk
dapat menyelenggarakan pendidikan padaanak usia dini secara profesional.
Kurikulum
paud
LANDASAN
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
A.
Landasan
Akademis (Teoritis)1.
Filosofis-Pedagogis
Filosofi
pendidikan merupakan kerangka landasan yang sangat fundamental bagisistem
pendidikan dan para pendidik. Kerangka filosofis memberikan gambarantentang
cara pandang guru terhadap pendidikan itu sendiri (termasuk
didalamnyakurikulum, tujuan pendidikan dan isi pendidikan), anak didik dan
proses pembelajaran.Kerangka filosofis harus menjadi kerangka berpikir guru
atau
mind set
guru
dalammenyelenggarakan praksis pembelajaran.Adapun landasan pedagogis memberikan
sejumlah pemahaman konseptual danpraktis tentang bagaimana proses pendidikan
itu terjadi dalam berbagai lingkungan,termasuk didalamnya adalah pola pengasuhan
anak, model pembelajaran, metodepembelajaran dan teknik pembelajaran,
penggunaan media dan sumber belajar,penyusunan langkah pembelajaran dan
penilaian yang mendidik.Dari sudut filosofis pendidikan, banyak ragam konsep
cara pandang pelaksanaanpendidikan yang digagas oleh para filosof. Beberapa
konsep filosofis tersebut dapatdirangkum sebagai berikut :
a.
Idealisme.
Idealisme
adalah aliran filsafat yang berpandangan bahwa alam semesta ini
adalahperwujudan intelegensi dan kemauan, hal zat atau substansi yang kekal dan
abadidalam dunia ini bersifat keijiwaan, spiritual atau rohaniah. Dan hal-hal
yang bersifatmateril bersumber kepada hal-hal yang bersifat kejiwaan. Tokoh
aliran ini antara lainPlato, David Hume, dan Hegel.Pandangannya tentang hakikat
pengetahuan menyatakan bahwa pengetahuan yangbenar diperoleh melalui intuisi
dan pengingatan kembali. Pengetahuan yang diperolehmelalui indera tidak pasti,
tidak lengkap, karena dunia materi hanyalah tipuan belaka,sifatnya maya, dan
menyimpang dari keadaan lingkungan yang lebih sempurna.Kebenaran hanya mungkin
dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akalpikiran cemerlang, dan
sebagian besar manusia hanya sampai pada tingkat pendapat.Sehubungan dengan
teori pengetahuannya, intelek dan akal memegang peranan yangsangat penting atau
menentukan proses belajar mengajar, karena menurut aliran inimanusia akan dapat
memperoleh pengetahuan dan kebenaran sejati. Dengan demikianpengetahuan yang
diajarkan di sekolah harus bersifat intelektual.Hakikat nilai menurut pandangan
idealisme bersifat absolut. Standar tingkah lakumanusia diatur oleh kewajiban
moral yang diturunkan dari kenyataan sebenarnya ataumetafisik. Hanya satu
kebenaran, yaitu kebenaran yang berasal dari Sang Pencipta.Pendidikan menurut
idealisme diartikan sebagai upaya terencana untuk mewujudkanmanusia ideal yaitu
manusia yang dapat mencapai keselarasan individual yang terpadudalam
keselarasan alam semesta. Upaya pendidikan harus ditujukan padapembentukan
karakter, watak, menusia yang berbudi luhur, pengembangan bakatinsani dan
kebajikan sosial
Kajian
Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007
5
b.
Realisme
Realisme adalah
aliran filsafat yang berpandangan bahwa ada alam semesta yangbersifat materil
yang tidak bergantung kepada hal-hal yang bersifat kejiwaan, dandapat diketahui
secara langsung melalui pengalaman pendriaan denganmempergunakan pikiran. Tokoh
aliran ini antara lain Aristoteles (realisme klasik), danThomas Aquino
(realisme religius).Teori pengetahuan realisme, menyatakan adanya prinsip ketidaktergantunganpengetahuan.
Kenyataan hadir dengan sendirinya dan bersifat obyektif, tidak bergantung
pada pengetahuan dan gagasan manusia. Pengetahuan yang benardiperoleh melalui
pengalaman pendriaan. Pengetahuan yang benar adalah yang sesuaidengan fakta.
Dalam kaitannya dengan hakikat nilai, realisme menyatakan bahwastandar tingkah
laku manusia diatur oleh hukum alam, dan pada taraf yang lebihrendah diatur
oleh kebijaksanaan yang telah teruji dalam kehidupanPendidikan dalam pandangan
realisme adalah proses perkembangan intelegensi,daya kraetif dan sosial
individu yang mendorong pada terciptanya kesejahteraanumum. Pendidikan yang
berdasarkan realisme konsisten dengan teori belajar S-R.Dengan demikian
pendidikan juga dapat diartikan sebagai upaya pembentukan tingkahlaku oleh
lingkungan.
c.
Naturalisme
Romantik
Tokoh aliran
filsafat ini adalah Jean Jacques Rousseau (1712-1778). Dia dilahirkandi
Switzerland, tetapi sebagian besar hidupnya dihabiskan di Perancis dimana
diamenjadi filsuf terpimpin pada masanya. Rousseau diakui sebagai bapak
romantisisme,yaitu suatu gerakan di mana para seniman dan para penulis
menekankan tema-temayang sentimentil, kealamiahan/kewajaran, dan kemurnian.
Gagasan
ini
mempengaruhikonsepsi Rousseau tentang anak.Pandangan Rousseau tentang
perkembangan anak disajikan dalam novelnya
Emile
(1762).
Emile
adalah teori
pendidikan yang ditujukan kepada bangsawan kaya padazamannya yang biasanya
hidup artifisial dipenuhi dengan segala macam tata carahidup ningrat. Dalam
karyanya yang tersohor ini, Rousseau menggambarkanperawatan dan pemantauan
seorang anak laki-laki bernama Emile dari masa bayihingga dewasa muda.Ajaran
filsafat naturalisme romantik Rousseau dalam
Emile
antara lain
berisigagasan sebagai berikut: “Segala sesuatu yang berasal dari Sang Pencipta
adalah baik,tetapi segala sesuatu menjadi rusak karena tangan manusia.
Pendidikan Emile adalahpendidikan naturalistik atau alami dalam arti: (1)
pendidikan yang mengembangkankemampuan-kemampuan alami atau bakat/pembawaan
anak, (2) pendidikan yangberlangsung dalam alam, dan (3) pendidikan negatif.
Dengan menggunakan saranaberupa sastra, Rousseau mampu menggambarkan pandangan
teoritisnya tentangperkembangan anak dan memberikan saran-saran mengenai metode
yang paling tepattentang cara merawat dan mendidik anak.Yang mendasar bagi
teori Rousseau adalah kembalinya kepada pandanganDescartes bahwa anak-anak
dilahirkan dengan membawa pengetahuan dan ide, yangberkembang secara alamiah
dengan usianya. Perkembangan dalam pandangan ini,dihasilkan
melalui suatu
rangkaian tahapan yang dibimbing oleh suatu proses sejak dilahirkan.
Pengetahuan itu diperoleh secara bertahap melalui interaksi denganlingkungannya
yang diarahkan oleh minat dan perkembangannya sendiri. Pengetahuanbawaan anak
meliputi hal-hal seperti prinsip-prinsip keadilan dan kejujuran
,
dan yangberada
di atas semuanya yaitu rasa kesadaran. “Rouseau juga memandang bahwa anak
Kajian
Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007
6
pada dasarnya
adalah baik karena Tuhan membuat segala sesuatu baik (Krogh,1994:15).Sesuai
dengan pandangan di atas, maka pendekatan untuk mendidik anak bukanlahdengan
mengajar anak secara formal atau melalui pengajaran langsung, akan tetapidengan
memberi kesempatan kepada mereka belajar melalui proses eksplorasi
dandiskoveri. “Anak harus diberi kesempatan untuk memperoleh
pengalaman-pengalamanpositif, diberi kebebasan dan mengikuti minat-minat
spontannya. (Krogh, 1994:15).Rousseau mengkritik pendidikan yang sifatnya
artifisial atau dibuat-buat , dan diamenganjurkan pendidikan itu harus natural.
Dalam biografinya
Emile,
Rousseaumenyarankan
bahwa untuk mendidik Emile paling sedikit harus mengandung tigagagasan yang
saat ini didukung oleh beberapa ahli pendidikan.
Pertama,
anak-anak dapat
didorong untuk mempelajari disiplin ilmu (
body of
knowledge
) hanya
apabilamereka telah memiliki kesiapan kognitif untuk mempelajarinya.
Kedua
,
anak-anak belajar sebaik mungkin apabila mereka didorong secara mudah
kepada informasi ataugagasan dan dilibatkan untuk memperoleh suatu pemahaman
tentang dirinya melaluiproses penemuan oleh dirinya sendiri.
Ketiga,
perawatan dan
pendidikan anak harusmembantu perkembangan secara permisif dari pada
menggunakan jenis interaksi yangmengandung disiplin kaku, karena disiplin kaku
tidak sesuai dengan pandangan yanglebih romantis tentang anak.Sesuai dengan
pandangannya bahwa anak dilahirkan membawa bakat yang baik,maka pendidikan
adalah pengembangan bakat anak secara maksimal melaluipembiasaan, latihan,
interaksi dengan alam, permainan, partisipasi dalam kehidupan,serta penyediaan
kesempatan belajar dan belajar selaras dengan tahap-tahapperkembangan anak.
d.
Pragmatisme
Aliran filsafat
ini disebut juga instrumentalisme atau eksperimentalisme.
Disebutinstrumentalisme karena memandang bahwa tujuan pendidikan bukanlah
terminal,akan tetapi alat atau instrumen untuk mencapai tujuan berikutnya. Dan
dikatakaneksperimentalisme karena untuk membuktikan kebenaran digunakan
metodeeksperimen. Tokoh aliran filsafat ini antara lain John Dewey dan Williams
James.Pragmatisme adalah salah satu aliran filsafat yang anti metafisika.
Kenyataan yangsebenarnya adalah kenyataan fisik. Segala sesuatu dalam alam dan
kehidupan iniberubah (
becoming
), hakikat
segala sesuatu adalah perubahan itu sendiri. Manusiaadalah hasil evolusi
biologis, psikis dan sosial. Manusia dilahirkan dalam keadaantidak dewasa dan
tak berdaya, tanpa dibekali dengan bahasa, keyakinan-keyakinan,gagasan-gagasan
atau norma-norma sosial. Hal ini mengandung arti bahwa setiapmanusia tumbuh
secara berangsur-angsur mencapai kemampuan-kemampuan biologis,psikologis, dan
sosial. Sesuai dengan pandangannya tentang hakikat realitas, manusiadipandang
sebagai mahluk yang dinamis, tumbuh dan berkembang. Anak dipandangsebagai
individu yang aktif.Hakikat pengetahuan menurut pragmatisme terus berkembang.
Pengetahuanbersifat hipotetis dan relatif yang kebenarannya tergantung pada
kegunaannya dalamkehidupan dan praktek. Pengetahuan adalah instrumen untuk
bertindak sedangkandalam membahas hakikat nilai pragmatisme menyatakan bahwa
tidak ada nilai yangberlaku secara universal atau absolut. Etika tidak
diturunkan dari hukum tertinggi yangbersumber dari zat supernatural. Standar
tingkah laku perseorangan dan sosialditentukan secara eksperimental dalam
pengalaman hidup. Etika pragmatismememiliki karakteristik: empiris, relatif,
partikular (khusus), dan ada dalam proses.
Kajian
Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007
13
adolesen (
late
adolescence
) dari masa
pubertas sampai dewasa. Untuk setiap faseperkembangan, Havighurst menghimpun
sejumlah tugas-tugas perkembangan yangharus dikuasai anak. Dikuasai atau
tidaknya tugas-tugas perkembangan pada suatufase berpengaruh bagi penguasaan
tugas pada fase-fase berikutnya.Dalam pendekatan pentahapan yang bersifat
khusus, dikenal pentahapan dariPiaget, Erikson, dan sebagainya. Jean Piaget
mengemukakan tahap-tahap perkem-bangan dari kemampuan kognitif anak. Dalam
perkembangan kognitif menurutPiaget, yang terpenting adalah penguasaan dan
kategori konsep-konsep. Melaluipenguasaan konsep-konsep itu, anak mengenal
lingkungan dan memecahkanberbagai problema yang dihadapi dalam kehidupannya.
Ada empat tahapperkembangan kognitif anak menurut konsep Piaget, yaitu sebagai
berikut.
♦
Tahap sensorimotor,
usia 0-2 tahun;
♦
Tahap
praoperasional, usia 2-4 tahun;
♦
Tahap
konkret operasional, usia 7-11 tahun;
♦
Tahap formal
operasional, usia 11-15 tahun.Tahap sensorimotor disebut juga sebagai masa
descriminating
and
labeling
.Pada masa
ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahasa awal,waktu
sekarang dan ruang yang dekat saja. Masa praoperasional atau masaprakonseptual
disebut juga sebagai masa intuitif dengan kemampuan menerimaperangsang yang
terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya,walaupun pemikirannya masih
statis dan belum dapat berpikir abstrak, persepsiwaktu dan tempat masih
terbatas. Masa konkret operasional disebut juga masa
performing
operation
. Pada tahap
ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan,
meyusun, menderetkan, melipat danmembagi. Masa formal operasional disebut juga
sebagai masa
proportionalthinking
. Pada masa
ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi. Mereka sudahmampu berpikir
secara deduktif, induktif, menganalisis, menyintesis, mampuberpikir abstrak dan
berpikir reflektif serta memecahkan berbagai persoalan.Erick Homburger Erikson
merupakan salah seorang tokoh psikoanalisispengikut Sigmund Freud. Ia
memusatkan studinya terhadap perkembanganpsikososial. Ada delapan tahap
perkembangan psikososial, yaitu :
♦
Tahap I :
Basic
Trust vs Mistrust
(0 – 1
tahun)Anak mendapat rangsangan dari lingkungan. Bila dalam merespon
rangsangananak mendapat pengalaman yang menyenangkan akan tumbuh rasa
percayadiri, sebaliknya menimbulkan rasa curiga
♦
Tahap 2 :
Autonomy
vs Shame & Doubt
(2 – 3
tahun)Anak sudah harus mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskanseluruh
otot-otot tubuhnya. Bila sudah merasa mampu menguasai anggotatubuh bias
menimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi
kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akanmenumbuhkan rasa malu
dan ragu-ragu.
♦
Tahap 3 :
Initiative
vs Guilt
(4 – 5
tahun)Pada masa ini anak harus dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatanorang
tua, anak harus dapat bergerak bebas dan berinteraksi denganlingkungannya.
Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif,
sebaliknya menimbulkan rasa bersalah.
Kajian
Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007
14
♦
Tahap 4 :
Industry
vs Inferiority
( 6 tahun –
pubertas)Anak harus dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk
menyiapkandiri memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan
tertentu. Bilaanak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan
rasaberhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.
♦
Tahap 5 :
Identity
& Repudiation vs Identity Diffusion
(masa
remaja)Masa remaja adalah masa mencari identitas diri, masa mencari
danmendapatkan peran dalam masyarakat. Seorang remaja akan berhasilmemperoleh
identitas diri jika ia dapat memenuhi tuntutan biologis, psikologisdan sosial
yang ada dalam kehidupan. Sebaliknya, jika tidak berhasil makaterburai
identitasnya.
♦
Tahap 6 :
Intimacy
& Solidarity vs Isolation
( masa
dewasa muda)Orang yang berhasil mencapai integritas identitas diri akan mampu
menjalinkeintiman dengan orang lain maupun diri sendiri. Jika seorang dewasa
mudamasih takut kehilangan diri sendiri bila menjalin hubungan erat (intim)
denganorang lain, berarti ia belum mampu melebur identitas dirinya bersama
oranglain. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan menumbuhkan keintiman denganorang
lain. Jika seseorang gagal menjalin hubungan yang bersifat intim, makaakan
mengucilkan diri.
♦
Tahap 7 :
Generativity
vs Stagnation
(masa
dewasa)Berperan sebagai orang dewasa yang produktif, yang mampu
menyumbangkantenaga dan pikirannya bagi masyarakat. Seseorang yang berhasil
melaksanakanperannya seperti yang dituntut oleh masyarakat, dalam dirinya akan
tumbuhperasaan ingin berkarya, sebaliknya jika tidak mampu berperan
akanberkembang perasaan mandeg/stagnasi.
♦
Tahap 8 :
Integrity
vs Despair
(masa
tua)Seseorang harus hidup dengan apa yang telah dijalaninya selama ini.
Secaraideal seyogyanya ia telah mencapai integritas diri. Integritas diri
adalahmenerima segala keterbatasan yang ada dalam kehidupan, memiliki rasa
bahwaia adalah bagian dari sejarah kehidupan. Sebaliknya bila ia merasa
tidak berbuat apa-apa dalam hidup, menyesali hidup, takut menghadapi
kematian,menimbulkan rasa putus asa.Berbagai perkembangan yang terjadi pada
anak usia dini diperoleh melaluikematangan dan belajar. Perkembangan karena
faktor belajar dapat terjadi dalamberbagai situasi lingkungan dimana terjadi
interaksi anak dengan manusia (orangdewasa, teman dan adik) dan dengan
lingkungan alam sekitar. Pemahaman konseptentang bagaimana anak belajar pada
berbagai kondisi lingkungan tersebut dapatditelaah dan digambarkan melalui
psikologi belajar. Belajar pada dasarnyamerupakan proses perubahan tingkah laku
yang bersifat relatif permanen sebagaihasil interaksi individu (anak) dengan
lingkungannya. Dalam proses interaksidengan lingkungan, banyak konsep psikologi
belajar memberikan penjelasan dariberbagai perspektif sesuai kajian para ahli,
termasuk tentang bagaimana cara anak usia dini melakukan aktivitas yang
dinamakan belajar tersebut. Menurut Morris L.Bigge dan Murice P Hunt (1980 :
226-227) ada tiga rumpun teori belajar yangmemberikan penjelasan tentang
bagaimana belajar itu terjadi, yaitu teori disiplinmental,
behaviorisme
dan
cognitive
gestalt field.
Kajian
Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007
15
1) Menurut
rumpun teori disiplin mental, dari kelahirannya atau secara herediter,anak
telah memiliki potensi-potensi tertentu. Belajar merupakan upaya
untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut. Ada beberapa teori yang
termasuk rumpun disiplin mental yaitu : disiplin mental theistic, disiplin
mentalhumanistic, naturalisme dan apersepsi.Teori disiplin mental theistic
berasal dari psikologi daya. Menurut teori ini,individu atau anak mempunyai
sejumlah daya mental seperti untuk mengamati,menanggap, mengingat, berpikir,
memecahkan masalah, dan sebagainya.Belajar merupakan proses melatih daya-daya
tersebut. Bila daya-daya tersebutterlatih maka dengan mudah dapat digunakan
untuk menghadapi ataumemecahkan berbagai masalah. Teori disiplin mental
humanistic bersumberpada psikologi humanisme klasik dari Plato dan Aristoteles.
Teori ini hampirsama dengan teori pertama bahwa anak memiliki potensi-potensi. Potensi-potensi
perlu dilatih agar berkembang. Perbedaannya dengan teori disiplinmental
theistic, teori ini menekankan bagian-bagian, latihan bagian atau
aspek tertentu. Teori disiplin mental humanistic lebih menekankan
keseluruhan,keutuhan. Pendidikannya menekankan pendidikan umum (
general
eduation).
Kalau
seseorang menguasai hal-hal yang bersifat umum akan mudah ditransferatau
diaplikasikan kepada hal-hal lain yang bersifat khusus.Teori naturalisme atau
natural
unfoldment
atau
self
actualization.
Teori
iniberpangkal dari psikologi naturalisme romantic dengan tokoh utamanya
JeanJecques Rousseau. Sama dengan kedua teori sebelumnya bahwa
anak mempunyai sejumlah potensi atau kemampuan. Kelebihan dari teori ini
adalahmereka berasumsi bahwa individu bukan saja mempunyai potensi
ataukemampuan untuk berbuat atau melakukan berbagai tugas, tetapi juga
memilikikemauan dan kemampuan untuk belajar dan berkembang sendiri. Agar
anak dapat berkembang dan mengaktualisasikan segala potensi yang
dimilikinya,pendidik atau guru perlu menciptakan situasi yang permisif, yang
jelas. Melaluisituasi demikian, ia dapat belajar sendiri dan mencapai
perkembangan secaraoptimal.Teori belajar yang keempat adalah teori apersepsi,
disebut juga Herbartisme,bersumber pada psikologi strukturalisme dengan tokoh
utamanya Herbart.Menurut aliran ini belajar adalah membentuk masa apersepsi.
Anak mempunyai kemampuan untuk mempelajari sesuatu. Hasil dari suatu
perbuatanbelajar disimpan dan membentuk suatu masa apersepsi dan masa apersepsi
inidigunakan untuk mempelajari atau mengasai pengetahuan selanjutnya.Demikian
seterusnya, semakin tinggi perkembangan anak, semakin tinggi pulamasa
apersepsinya.2) Rumpun atau kelompok teori belajar yang kedua adalah
Behaviorisme, yangbiasa disebut
S-R
Stimulus-Respon.
Kelompok ini
mencakup tiga teori yaitu
S- R
Bond, Conditioning
,
Reinforcement.
Kelompok
teori ini berangkat dariasumsi bahwa anak atau individu tidak memiliki atau
membawa potensi apa-apa dari kelahirannya. Perkembangan anak ditentukan oleh faktor-faktor
yangberasal dari lingkungan. Lingkungan, apakah lingkungan keluarga,
sekolahatau masyarakat, lingkungan manusia, alam, budaya, religi yang
Kajian
Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007
18
3.
Landasan
Neurosains
Neurosains
merupakan salah satu lompatan keilmuan pendukung yang sangatmemberikan
kontribusi dalam menelaah dan memahami perkembangan psikologismelalui kajian
keilmuan tentang sel syaraf. Temuan yang dimaksud diantaranyadikemukakan oleh
Wittrock (dalam Clack, 1983) menemukan bahwa terdapat tigawilayah perkembangan
otak yang semakin meningkat yaitu serabut dendrit,kompleksitas hubungan dendrit
dan pembagian sel syaraf.Berbagai penelitian telah dilakukan para ahli dimulai
dari Binet-Simon (1908-1911) hingga Gardner (1998) yang berbicara pada fokus
yang sama yaitu fungsi otak yang terkait dengan kecerdasan. Otak yang
berada di dalam organ kepala memilikiperan yang sangat penting selain sebagai
pusat sistem syaraf juga berperan pentingdalam menentukan kecerdasan seseorang.
Begitu pentingnya fungsi otak sehinggabanyak ahli untuk meneliti dan menggali
optimalisasi fungsi kerja otak dalammengembangkan sumber daya manusia.
Optimalisasi kecerdasan dimungkinkanapabila sejak usia dini, anak telah
mendapatkan stimulasi yang tepat untuk perkembangan otaknya. Pada saat
kelahiran, otak bayi mengandung 100 milyar neurondan satu triliun sel glia yang
berfungsi sebagai perekat serta synap (cabang-cabangneuron) yang akan membentuk
sambungan antar neuron. Sambungan-sambungan antarneuron inilah yang akan
membentuk pengalaman yang akan dibawa anak seumurhidupnya.Sesudah kelahiran,
kegiatan otak dipengaruhi dan tergantung pada kegiatan neurondan
cabang-cabangnya dalam membentuk bertriliun-triliun sambungan antar
neuron.Melalui persaingan alami, otak akan memusnahkan sambungan (sinapsis)
yang jarangdigunakan. Pemantanpan sambungan terjadi apabila neuron mendapatkan
informasiyang mampu menghasilkan letupan-letupan listrik. Letupan tersebut
merangsangbertambahnya produksi myelin yang dihasilkan oleh zat perekat glial.
Semakinbanyaknya zat myelin yang diproduksi maka semakin banyak dendrit-dendrit
yangtumbuh, sehingga akan semakin banyak synap yang berarti lebih banyak
neuron-neuron yang menyatu membentuk unit-unit. Kualitas kemampuan otak
dalammenyerap dan mengolah informasi tergantung dari banyaknya neuron
yangmembentuk unit-unit. Synap ini akan bekerja secara cepat sampai usia anak
lima-enamtahun. Banyaknya jumlah sambungan tersebut mempengaruhi kualitas
kemampuanotak sepanjang hidupnya. Pertumbuhan jumlah jaringan otak dipengaruhi
olehpengalaman yang didapat anak pada awal-awal tahun kehidupannya,
terutamapengalaman yang menyenangkan. Pada fase perkembangan ini anak memiliki
potensiyang luar biasa dalam mengembangkan berbagai kemampuannya yang
meliputikemampuan berbahasa, kognitif, motorik, sosialisasi dan sebagainya.
Bila anak tidak mendapat lingkungan yang merangsangnya, maka perkembangan
otaknya tidak akanberkembang dan anak akan menderita. Penelitian terbaru
menemukan bahwa apabilaanak-anak jarang diajak bermain atau jarang disentuh,
perkembangan otaknya 20%atau 30% lebih kecil daripada ukuran normalnya pada
usia itu.
4.
Landasan
Sosio-Antropologi
Perkembangan
anak pada berbagai dimensi perkembangan tidak pernah terlepasdasi konteks
kehidupan sosial dan kultural yang melatar belakanginya. Lingkungankehidupan
sosial dan kultur yang ada di sekitar anak akan memberikan pengaruh padaproses
belajar anak dan perubahan potensi sebagai hasil dari proses belajar itu
sendiri.Kehidupan sosio-kultural yang paling dekat dengan anak adalah
lingkungan keluarga,
Kajian
Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007
19
tetangga dan
lembaga sosial serta lembaga kependidikan lain yang mengasuhnya.Konteks
sosio-kultural dapat menyajikan sejumlah pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai
dan pengalaman hidup yang beragam sehingga anak akan memiliki sejumlah
preferency
dalam
membangun kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri atau secarabersama-sama dengan
orang lain. Pengalaman sosial dan kultural akan menjadi pengisiperspektif
kehidupan anak dalam berbagai aspek potensi perkembangannya mencakupcara
berbahasa, cara berpikir, kehidupan beragama dan bermoral dan
kebiasaanmengendalikan emosi serta kemandirian. Pada dimensi yang luas,
kehidupan sosialanak dibangun juga oleh kehadiran berbagai media masa, terutama
TV, Video Gamesdan Film sebagai produk kultural manusia akan menjadi faktor
lain yang dapatmempengaruhi perkembangan anak. Kurikulum yang dikembangkan
harusmengakomodasi dan mempertimbangkan secara cermat berbagai kondisi
sosio-kulturalseperti itu. Seiring dengan pengalaman interaksional anak dengan
kehidupan sosial dankulturalnya, desakan untuk memberikan perlindungan dan
pemenuhan hak azasi anak juga menjadi salah satu koridor yang perlu
dan mendesak untuk dipertimbangkandalam menata serta mengembangkan kurikulum
utuh untuk PAUD.
5.
Hakikat
Anak Usia Dini
a.
Keunikan
Anak Usia Dini
Setiap anak
bersifat unik, tidak ada dua anak yang sama sekalipun kembarsiam. Setiap anak
terlahir dengan potensi yang berbeda-beda; memiliki kelebihan,bakat dan minat
sendiri. Ada anak yang berbakat menyanyi, ada pula yangberbakat menari,
matematika, bahasa, dan adapula yang berbakat olah raga.Kenyataan menunjukkan
bahwa setiap anak tidak sama, ada yang sangat cerdas,ada yang biasa saja, dan
ada yang kurang cerdas. Perilaku anak juga beragam,demikian pula langgam
belajarnya. Oleh karena itu para pendidik anak usia diniperlu mengenal
pembelajaran untuk anak yang berkebutuhan khusus. Denganmemahami kebutuhan
khusus setiap anak diharapkan para guru mampumengembangkan potensi anak dengan
baik.Ki Hadjar Dewantara(1957) merangkum semua potensi anak menjadi cipta,rasa,
dan karsa. Teori
Multiple
Intelligencies
(Kecerdasan
Ganda) dari Gardner(1998) menyatakan ada delapan tipe kecerdasan. Biasanya
seorang anak memilikisatu atau lebih kecerdasan, tetapi amat jarang yang
memiliki secara sempurnadelapan kecerdasan tersebut. PAUD bertujuan membimbing
dan mengembangkanpotensi setiap anak agar dapat berkembang secara optimal
sesuai tipekecerdasannya. Oleh karena itu guru harus memahami kebutuhan khusus
dankebutuhan individual anak. Memang disadari ada faktor-faktor pembatas,
yaitufaktor-faktor yang sulit atau tidak dapat diubah dalam diri anak yaitu
faktorgenetis. Oleh karenanya PAUD diarahkan untuk memfasilitasi setiap anak
denganlingkungan belajar dan bimbingan belajar yang tepat agar anak dapat
berkembangsesuai kapasitas genetisnya.Anak usia dini sedang dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling pesat. Pertumbuhan
dan perkembangan telah dimulaisejak prenatal, yaitu sejak dalam kandungan.
Pembentukan sel syaraf otak, sebagaimodal pembentukan kecerdasan, terjadi saat
anak dalam kandungan. Setelah lahirtidak terjadi lagi pembentukan sel syaraf
otak, tetapi hubungan antar sel syaraf otak (sinap) terus berkembang.
Begitu pentingnya usia dini, sampai ada teori yangmenyatakan bahwa pada usia
empat tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan80% pada usia delapan tahun.
Kajian
Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007
20
Anak usia
dini juga sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun
mental yang sangat pesat. Sel-sel tubuh anak tumbuh danberkembang amat cepat.
Tahap awal perkembangan janin sangat penting untuk pengembangan sel-sel
otak, bahkan pada saat lahir jumlah sel otak tidak bertambahlagi. Selanjutnya
setelah lahir terjadi proses mielinasi dari sel-sel syaraf danpembentukan
hubungan antar sel syaraf, dua hal yang sangat penting dalampembentukan
kecerdasan. Makanan bergizi dan seimbang serta stimulai pikiransangat
diperlukan untuk mendukung proses tersebut. Selain pertumbuhan danperkembangan
fisik dan motorik, perkembangan moral (termasuk kepribadian,watak, dan akhlak),
sosial, emosional, intelektual, dan bahasa juga berlangsungamat pesat. Oleh
karena itu usia dini (usia 0-8 tahun) juga disebut tahun emas atau
golden age
. Oleh
karena itu jika ingin mengembangkan bangsa yang cerdas,beriman dan bertaqwa,
serta berbudi luhur hendaklah dimulai dari PAUD. Itulahsebabnya negara-negara
maju amat serius mengembangkan PAUD, tidak dianggapsebagai pelengkap, tetapi
sama pentingnya dengan pendidikan SD atau sekolahmenengah.
b.
Cara Belajar
Anak Usia Dini
Anak usia
dini belajar dengan caranya sendiri. Bermain erupakan cara belajaryang sangat
penting bagi anak usia dini. Sering guru dan orangtua mengajarkananak sesuai
dengan jalan pikiran orang dewasa, seperti melarang anak untuk bermain.
Akibatnya apa yang diajarkan orangtua sulit diterima anak dan banyak hal
yang disukai oleh anak dilarang oleh orangtua; sebaliknya banyak hal
yangdisukai orangtua tidak disukai anak. Untuk itu orangtua dan guru anak usia
diniperlu memahami hakikat perkembangan anak dan hakikat PAUD agar dapatmemberi
pendidikan yang sesuai dengan jalan pikiran anak.Berbagai teori belajar pada
anak seperti teori Piaget, Vygotsky, Montessori,Bandura, Case, Bruner, dan
Smilansky menjelaskan cara belajar anak dari berbagaisudut pandang yang
berbeda. Oleh karena itu teori belajar tersebut perlu dipilih dandisesuaikan
dengan karakteristk anak serta materi ajarnya. Modalitas belajar
anak juga berbeda-beda, sehingga cara anak belajar berbeda pula.
Anak tipe auditif,misalnya, berbeda cara belajarnya dengan tipe visual dan
kinestetik. Untuk itu gurudan orangtua perlu memahami karakteristik anak agar dapat
memberi bantuanbelajar yang paling tepat..
6.
Hakikat
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Ilmu
Pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi; salah satunya ialahPAUD
yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-8 tahun. Anak usia tersebutdipandang
memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak usia di atasnya
sehinggapendidikan untuk anak usia tersebut dipandang perlu untuk dikhususkan.
PAUD telahberkembang dengan pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa
terutama di negara-negara maju karena mengembangkan sumberdaya manusia lebih
mudah jika dilakukansejak usia dini.PAUD adalah ilmu multi dan interdisipliner,
artinya tersusun oleh banyak disiplinilmu yang saling terkait. Ilmu Psikologi
perkembangan, ilmu Pendidikan, Neurosains,ilmu Bahasa, ilm Seni, ilmu Gizi,
ilmu Biologi perkembangan anak, dan ilmu-ilmuterkait lainnya saling erintegrasi
untuk membahas setiap persoaan PAUD. Untuk mengembangkan kemampan
intelektual anak, diperlukan berbagai kegiatan yangdilandasi dengan ilmu
psikologi, ilmu pendidikan, ilmu matematika untuk anak, sains
Kajian
Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007
21
untuk anak,
dan seterusnya. Beberapa komponen yang terkait dengan pendidikan anak usia
dini adlah sebagai berikut.
a. Kurikulum
PAUD
Kurikulum
PAUD bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak (
thewhole
child
) agar kelak
dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh seuai kultur,budaya, dan falsafah
suatu bangsa. Anak dapat dipandang sebagai individu yang barumulai mengenal
dunia. Ia belum mengetahui tatakrama, sopan-santun, aturan, norma,etika, dan
berbagai hal tentang dunia. Ia juga sedang belajar berkomunikasi denganorang
lain dan belajar memahami orang lain. Anak perlu dibimbing agar mampumemahami
berbagai hal tentang dunia dan isinya. Ia juga perlu dibimbing agarmemahami
berbagai fenomena alam dan dapat melakukan keterampilan-keterampilanyang
dibutuhkan untuk hidup di masyarakat. Interaksi anak dengan benda dan
denganorang lain diperlukan untuk belajar agar anak mampu mengembangkan
kepribadian,watak, dan akhlak yang mulia. Usia dini merupakan saat yang amat
berharga untuk menenamkan nilai-nilai nasionalisme, kebangsaan, agama,
etika, moral, dan sosialyang berguna untuk kehidupannya dan strategis bagi
pengembangan suatu bangsa.
b.
Pembelajaran PAUD
Pembelajaran
bersifat holistik dan terpadu. Pembelajaran mengembangkan semuaaspek
perkembangan, meliputi (1) moral dan nilai-nilai agama, (2) sosial-
emosional,(3) kognitif (intelektual), (4) bahasa, (5) Fisik-motorik, (6) Seni.
Pembelajaran bersifatterpadu yaitu tidak mengajarkan bidang studi secara
terpisah. Satu kegiatan dapatmenjadi wahana belajar berbagai hal bagi anak.
Bermain sambil belajar, dimana esensibermain menjiwai setiap kegiatan
pembelajaran amat penting bagi PAUD. Esensibermain meliputi perasaan senang,
demokratis, aktif, tidak terpaksa, dan merdekamenjadi jiwa setiap kegiatan.
Pembelajaran hendaknya disusun sedemikian rupasehingga menyenangkan, membuat
anak tertarik untuk ikut serta, dan tidak terpaksa.Guru memasukkan unsur-unsur
edukatif dalam kegiatan bermain tersebut, sehinggaanak secara tidak sadar telah
belajar berbagai hal.Materi pembelajaran PAUD juga amat variatif. Ada pendapat
yang menyatakanbahwa PAUD hanya mengembangkan logika berpikir, berperilaku, dan
berkreasi.Adapula yang menyatakan bahwa PAUD juga mempersiapkan anak untuk siap
belajar(
ready to
learn
); yaitu
siap belajar berhitung, membaca, menulis. Ada pula yangmenyatakan bahwa materi
pembelajaran bebas, yang penting PAUD mengembangkanaspek moral-agama,
emosional, sosial, fisik-motorik, kemampuan berbahasa, seni, danintelektual.
PAUD membimbing anak yang
premoral
agar
berkembang ke arah
moralrealism
dan
moral
relativism
.
Pembelajaran membimbing anak dari yang bersifategosentris-individual, ke arah
prososial, dan sosial-komunal. Pembelajaran jugamelatih anak menganal jati
dirinya (
self
identity
),
menghargai dirinya (
self esteem
),dan
kemampuan akan dirinya (
self efficacy
). Banyak
pertanyaan dari guru danorangtua tentang bolehkan mengajarkan anak berhitung,
membaca, dan menulis.Bukannya tidak boleh mengajarkan semua itu, tetapi yang
penting ialah anak sudahsiap dan guru menggunakan cara-cara yang sesuai untuk
belajar anak.
c. Seting
Lingkungan Belajar
Untuk
membelajarkan anak, lingkungan perlu ditata agar kondusif untuk
belajar.Penataan lingkungan belajar dan fasilitas belajar untuk anak usia dini
amat penting
Kajian
Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007
40
b.
Perlu disusun
tahapan perkembangan anak mulai dari usia lahir sampai 8(delapan) tahun sebagai
dasar penentuan SK dan KD untuk SD kelas awalsehingga ada kesinambungan
kompetensi antara TB/KB, TK/RA. c.
Perlu
dikembangkan komponen Standar Nasional Pendidikan untuk PAUDyang didasarkan
pada naskah akademik (misalnya standar proses, pengelolaan& penilaian).d.
Perlu
dikembangkan model-model KTSP PAUD agar dapat menjadi pilihanbagi lembaga
penyelenggara PAUD.
Kajian
Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007
41
DAFTAR PUSTAKA
Bodrova, E.
& Leong, L. J. (1996).
Tools of the
Mind: A Vygotskian approach to earlychildhood education
. Englewood
Cliffs, NJ: Merrill Publishing Company.Black, J. et all. (1995).
The Young
child: Development from Birth through Age Eight
. NewYork:
Merrill Publishing Co.Brazelton, T. Berry. (199).
How the
brain and mind develop in the first five years
. NewYork, NY:
Batam Books.Bredekamp, S. & Rosegrant, T. (Eds). (1992).
Reaching
Potentials: appropriateCurriculum and Assessment for Young Children
. V-1.
Washington, DC.: NAEYC.Brewer, J. A. (1995).
Introduction
to Early Childhood Education: prekindergarten to primary grades.
New York: Allyn
& BaconBuzan, T. (1989).
Use both sides
of your brain
. New York, NY:
Penguin Book.Departeman Pendidikan Nasional (2004).
Kurikulum 2004:
Standar Kompetensi
Pendidikan Anak
Usia Dini Taman Kanak-Kanak Dan Raudhatul Athfal
.
Jakarta:Departeman Pendidikan NasionalDeparteman Pendidikan Nasional (2005).
Kurikulum 2004:
Standar Kompetensi
Pendidikan Anak
Usia Dini Taman Kanak-Kanak Dan Raudhatul Athfal
.Jakarta:Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan MenengahDeparteman Pendidikan Nasional
(2007).
Kerangka Dasar
Kurikulum PAUD.
Jakarta:Departeman
Pendidikan NasionalDeparteman Pendidikan Nasional (2007). Standar Perkembangan
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departeman Pendidikan
NasionalDeparteman Pendidikan Nasional (2007). Standar Perkembangan Anak Lahir
S.D 6Tahun. Jakarta: Departeman Pendidikan NasionalDeparteman Pendidikan Nasional
(2005). Pedoman Pengembangan Silabus Di TamanKanak-Kanak. Jakarta:Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar DanMenengahDeparteman Pendidikan Nasional
(2005). Pedoman Pembelajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar Dan MenengahDirektorat Pendidikan Anak Dini Usia
(2002). Acuan Menu Pembelajaran PadaPendidikan Anak Dini Usia. Jakarta:
Diektorat Jenderal Pendidikan Luar SekolahDan Pemuda.Gallagher, J.M. &
Reid, D.K. (1981).
The Learning
Theory of Piaget and Inhelder
.Monterey, CA:
Brooks/Cole.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar