Sabtu, 20 April 2013

KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM



NASKAH AKADEMIK
KAJIAN  KEBIJAKAN KURIKULUM PAUD


DEPDIKNAS
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM 2007 
Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007 
ii
ABSTRAK
Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentangpertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa usia dini, semua potensianak berkembang sangat cepat. Fakta yang ditemukan oleh ahli-ahli
neurologi
,menyatakan bahwa sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4tahun dan 80% telah terjadi ketika berusia 8 tahun. Pertumbuhan fungsional sel-sel syaraf tersebut membutuhkan berbagai situasi pendidikan yang mendukung, baik situasipendidikan keluarga, masyarakat maupun sekolah.Dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan anak usia dini, pemerintah sudahmengembangkan Kurikulum PAUD dan perangkatnya yang dijadikan acuan bagipenyelenggaraan PAUD. Kurikulum PAUD hendaknya disusun berdasarkan landasanteoritik, yuridis, dan empiric. Hingga saat ini
belum
ditetapkan Standar NasionalPendidikan untuk PAUD sebagai acuan penyusunan KTSP. Untuk itu perlu disusunnaskah akademik kajian kebijakan kurikulum PAUD.Penyusunan naskah akademik kajian kebijakan kurikulum PAUD bertujuan untuk memberikan landasan teoritik (keilmuan) dan empirik bagi perumus kebijakan danpenyelenggara PAUD pada berbagai kelembagaan. Hasil kajian ini diharapkan dapatmenjadi kerangka acuan secara konseptual akademik dalam mengembangkan StandarNasional Pendidikan (SNP) terutama Standar Kompetensi Lulusan (untuk PAUD disebutStandar Kompetensi Akhir Usia) dan Standar Isi Perkembangan (SIP).Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD meliputi kajian dokumen dan kajian pelaksanaankurikulum PAUD serta permasalahannya. Selain itu juga dilakukan kajian pustaka (kajianteoritis) berbagai landasan keilmuan yang dapat mendasari atau menjadi pijakan PAUD.Peserta yang terlibat dalam kajian ini terdiri atas ahli PAUD dari perguruan tinggi, Gurudan Kepala Sekolah TPA/KB/TK/RA. Kajian ini dilakukan melalui serangkaian kegiatan,meliputi: penyusunan desain, seminar, studi dokumen, workshop dan presentasi. Dari hasilkajian dokumen dan kajian pelaksanaan kurikulum PAUD ditemukan banyak masalahyang meliputi semua dokumen kurikulum dan pelaksanaannya.Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa Standar Kompetensi TK/RA dan Menu PembelGenerik belum sesuai dengan landasan teoritis (landasan psikologis), terutama dalam halpenyusunan gradasi perkembangan dan lingkup perkembangan. Kajian ini menghasilkanbeberapa rekomendasi, yaitu perlu dilakukan riset perkembangan anak usia dini Indonesiasebagai acuan empirik dalam menyusun SKAU (Standar Kompetensi Akhir Usia) dan SIP(Standar Isi Perkembangan), perlu disusun tahapan perkembangan anak mulai dari lahirsampai usia delapan tahun sebagai dasar penentuan SK dan KD sehingga adakesinambungan kompetensi dari TB/KB, TK/RA, hingga SD kelas awal; dan perludikembangkan Standar Nasional Pendidikan untuk anak usia dini yang didasarkan padanaskah akademik.
 
Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007 
iii
DAFTAR ISIHal
KATA PENGANTAR iABSTRAKDAFTAR ISIiiiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1B. Landasan Yuridis 2C. Tujuan 3
BAB II LANDASAN PAUD
A. Landasan Akademik (Teoritis) 4B. Landasan Yuridis 26C. Landasan Empirik 28
BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Kajian Dokumen 30B. Kajian Lapangan 33C. Pembahasan 36
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan 38Rekomendasi 39
DAFTAR PUSTAKA
 
Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007 
1
BAB IPENDAHULUANA.

Latar Belakang
Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam sepanjangrentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini ditandaioleh berbagai periode penting yang fundamen dalam kehidupan anak selanjutnyasampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi penciri masausia dini adalah
the Golden Ages
atau periode keemasan. Banyak konsep dan faktayang ditemukan memberikan penjelasan periode keemasan pada masa usia dini, dimana semua potensi anak berkembang paling cepat. Beberapa konsep yangdisandingkan untuk masa anak usia dini adalah masa eksplorasi, masaidentifikasi/imitasi, masa peka, masa bermain dan masa
trozt alter 
1 (masamembangkang tahap 1).Konsep tersebut diperkuat oleh fakta yang ditemukan oleh ahli-ahli
neurologi
yangmenyatakan bahwa pada saat lahir otak bayi mengandung 100 sampai 200 milyarneuron atau sel syaraf yang siap melakukan sambungan antar sel. Sekitar 50%kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4 tahun, 80% telah terjadi ketikaberusia 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi 100% ketika anak berusia 8 sampai 18tahun. Pertumbuhan fungsional sel-sel syaraf tersebut membutuhkan berbagai situasipendidikan yang mendukung, baik dalam situasi pendidikan keluarga, masyarakatmaupun sekolah. Para ahli pendidikan sepakat bahwa periode keemasan tersebuthanya berlangsung satu kali sepanjang rentang kehidupan manusia. Hal inimenunjukkan bahwa betapa meruginya suatu keluarga, masyarakat dan bangsa jikamengabaikan masa-masa penting yang berlangsung pada anak usia dini.Sebagai komitmen dan keseriusan antar bangsa terhadap pendidikan anak usia dinitelah dicapai berbagai momentum dan kesepakatan penting yang telah digalang secarainternasional. Salah satunya adalah Deklarasi Dakkar yang diantaranya menyepakatibahwa perlunya upaya memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan danpendidikan anak usia dini, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurangberuntung. Adapun komitmen antara bangsa secara internasional lainnya adalahkesepakatan antar negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa yangmenyepakati ”Dunia yang layak bagi anak 2002” atau dikenal dengan ”
world fit for children
2002”. Beberapa kesepakatan yang diperoleh adalah (1) mencanangkankehidupan yang sehat, (2) memberikan pendidikan yang berkualitas, (3) memberikanperlindungan terhadap penganiayaan, eksploitasi dan kekerasan.Walapun berbagai upaya secara konseptual maupun praktis telah diupayakan dalammembangun anak usia dini namun masih banyak anak usia dini di Indonesia yangbelum terlayani kebutuhannya pada bidang pendidikan (sensus BPS terbaru 2005mencapai 26 juta). Pada sisi lain, kelembagaan pendidikan anak usia dini yang adabaru dapat menampung sebesar 27% Angka Partisipasi Kasar (APK). Hal inidiperburuk dengan masih rendahnya kualitas penyelenggaraan lembaga pendidikananak usia dini yang dilihat dari aspek standar program yang diberikan, prosespembelajaran yang belum mengakomodasi kebutuhan anak dan kualitas sertakualifikasi tenaga pendidik anak usia dini yang masih tergolong rendah.
 
Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007 
2
Dalam rangka membantu memenuhi kebutuhan anak usia dini pada bidang pendidikan,pemerintah berusaha menfasilitasi dengan dikembangkannya Kurikulum PAUD yangdiharapkan dapat membantu memberikan pendidikan yang berkualitas pada anak usiadini. Dengan rujukan kurikulum ini diharapkan dapat membantu lembaga pendidikankeluarga (informal), lembaga pendidikan masyarakat (non formal) dan lembagapendidikan anak usia dini formal (TK/RA) dalam memperoleh akses konsepkurikulum anak usia dini.Kurikulum PAUD dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan perkembangan(standar
 performence
) anak pada segala aspek perkembangan sehingga dapatmembantu mempersiapkan anak beradaptasi secara kreatif dengan lingkungan masakini dan masa depan kehidupannya. Kurikulum PAUD yang menjadi rujukan sebagianbesar TK/RA, KB, dan TPA saat ini adalah Kurikulum 2004 Standar KompetensiTK/RA (dari Direktorat TK/SD), Menu Pembelajaran Generik (dari DirektoratPAUD), Pedoman Pengembangan Silabus untuk TK/RA, Pedoman Pembelajaranuntuk TK/RA, dan Pedoman Penilaian. Di samping itu lapangan juga diperkenalkandengan draft Kerangka Dasar Kurikulum PAUD dan Standar Perkembangan Anak Lahir s.d 6 tahun. Hingga saat ini
belum
ditetapkan Standar Nasional Pendidikan (8Standar) untuk PAUD. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan Kajian KebijakanKurikulum PAUD yang meliputi kajian pelaksanaan kurikulum PAUD di lapangandan kajian dokumen serta kajian teoritis berbagai landasan keilmuan yang dapatmendasari atau menjadi pijakan Pendidikan Anak Usia Dini. Hasil kajian ini berupa“Naskah Akademik” yang diharapkan menjadi masukan dalam merumuskan StandarNasional Pendidikan untuk PAUD yang berkaitan dengan Standar KompetensiLulusan (untuk anak usia dini disebut Standar Kompetensi Akhir Usia), Standar Isi(Standar Kompetensi Perkembangan atau Standar Perkembangan), Standar Proses,Standar Penilaian, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUD, Standar Saranadan Prasarana, Standar Pengelolaan dan Standar Pembiayaan.
B.

Landasan Yuridis
1.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Dalam undang-undang nomor 23 tahun 2002 ditegaskan beberapa hal pentingsebagai berikut.a.

Pasal 4 mengungkapkan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh,berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabatkemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diksriminasi.b.

Pasal 9 mengungkapkan dua hal pokok yaitu;1).

Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangkapengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minatdan bakatnya.2).

Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa,sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkanpendidikan khusus.2.

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Undang-Undang Nomor 20 telah memberikan payung hukum untuk perlunyadiselenggarakan pendidikan anak usia dini pada ketiga jalur pendidikan. Pada pasal
 
Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007 
3
28 undang-undang nomor 20 tahun 2003 ditegaskan tentang penyelenggaraanpendidikan anak usia dini pada jalur informal (keluarga), jalur non formal (sepertiKelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak) dan jalur formal (Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Atfal).
C.

Tujuan
Kajian kurikulum PAUD ini disusun untuk memberikan landasan keilmuan dalammenyelenggarakan pendidikan anak usia dini pada berbagai kelembagaan. Kajian ini juga dimaksudkan memberikan pemahaman tentang pentingnya penguasaan konsepkeilmuan yang membangun dan mendukung penyelenggaraan pendidikan anak usiadini. Upaya ini sekaligus dapat membangun kebiasaan berpikir dan bertindak praksisdalam menjalankan profesi tenaga pendidik anak usia dini. Adapun tujuan khususkajian ini diarahkan pada :1.

Memberikan analisis konsep dasar filosofis dan keilmuan pendidikan serta ilmubantu lainnya sebagai dasar pengembangan seluruh komponen kurikulum.2.

Memberikan acuan (
guideline
)

secara konseptual akademik dalam menyusunstandar kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi (SI) sebagai bagian intergralkurikulum.3.

Memberikan guideline

secara konseptual akademik dalam menyusun standarproses pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan (
 Developmentally Appropriate
) dan berbagai kebutuhan anak usia dini.4.

Memberikan
guideline
secara konseptual akademik dalam menyusun standarpenilaian yang dapat dijadikan alternatif untuk melakukan asesmen danpemantauan tumbuh kembang anak.5.

Memberikan
guideline
secara konseptual akademik dalam menyusun standarpengelolaan pembelajaran pada anak usia dini dengan berbagai seting dan situasi.6.

Memberikan
guideline
secara konseptual akademik dalam menyusun standarpendidik yang dipersyaratkan untuk dapat menyelenggarakan pendidikan padaanak usia dini secara profesional.
Kurikulum paud
LANDASAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
 A.

 Landasan Akademis (Teoritis)1.

Filosofis-Pedagogis
Filosofi pendidikan merupakan kerangka landasan yang sangat fundamental bagisistem pendidikan dan para pendidik. Kerangka filosofis memberikan gambarantentang cara pandang guru terhadap pendidikan itu sendiri (termasuk didalamnyakurikulum, tujuan pendidikan dan isi pendidikan), anak didik dan proses pembelajaran.Kerangka filosofis harus menjadi kerangka berpikir guru atau
mind set 
guru dalammenyelenggarakan praksis pembelajaran.Adapun landasan pedagogis memberikan sejumlah pemahaman konseptual danpraktis tentang bagaimana proses pendidikan itu terjadi dalam berbagai lingkungan,termasuk didalamnya adalah pola pengasuhan anak, model pembelajaran, metodepembelajaran dan teknik pembelajaran, penggunaan media dan sumber belajar,penyusunan langkah pembelajaran dan penilaian yang mendidik.Dari sudut filosofis pendidikan, banyak ragam konsep cara pandang pelaksanaanpendidikan yang digagas oleh para filosof. Beberapa konsep filosofis tersebut dapatdirangkum sebagai berikut :
a.

Idealisme.
Idealisme adalah aliran filsafat yang berpandangan bahwa alam semesta ini adalahperwujudan intelegensi dan kemauan, hal zat atau substansi yang kekal dan abadidalam dunia ini bersifat keijiwaan, spiritual atau rohaniah. Dan hal-hal yang bersifatmateril bersumber kepada hal-hal yang bersifat kejiwaan. Tokoh aliran ini antara lainPlato, David Hume, dan Hegel.Pandangannya tentang hakikat pengetahuan menyatakan bahwa pengetahuan yangbenar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali. Pengetahuan yang diperolehmelalui indera tidak pasti, tidak lengkap, karena dunia materi hanyalah tipuan belaka,sifatnya maya, dan menyimpang dari keadaan lingkungan yang lebih sempurna.Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akalpikiran cemerlang, dan sebagian besar manusia hanya sampai pada tingkat pendapat.Sehubungan dengan teori pengetahuannya, intelek dan akal memegang peranan yangsangat penting atau menentukan proses belajar mengajar, karena menurut aliran inimanusia akan dapat memperoleh pengetahuan dan kebenaran sejati. Dengan demikianpengetahuan yang diajarkan di sekolah harus bersifat intelektual.Hakikat nilai menurut pandangan idealisme bersifat absolut. Standar tingkah lakumanusia diatur oleh kewajiban moral yang diturunkan dari kenyataan sebenarnya ataumetafisik. Hanya satu kebenaran, yaitu kebenaran yang berasal dari Sang Pencipta.Pendidikan menurut idealisme diartikan sebagai upaya terencana untuk mewujudkanmanusia ideal yaitu manusia yang dapat mencapai keselarasan individual yang terpadudalam keselarasan alam semesta. Upaya pendidikan harus ditujukan padapembentukan karakter, watak, menusia yang berbudi luhur, pengembangan bakatinsani dan kebajikan sosial
 
Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007 
5
b.

Realisme
Realisme adalah aliran filsafat yang berpandangan bahwa ada alam semesta yangbersifat materil yang tidak bergantung kepada hal-hal yang bersifat kejiwaan, dandapat diketahui secara langsung melalui pengalaman pendriaan denganmempergunakan pikiran. Tokoh aliran ini antara lain Aristoteles (realisme klasik), danThomas Aquino (realisme religius).Teori pengetahuan realisme, menyatakan adanya prinsip ketidaktergantunganpengetahuan. Kenyataan hadir dengan sendirinya dan bersifat obyektif, tidak bergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia. Pengetahuan yang benardiperoleh melalui pengalaman pendriaan. Pengetahuan yang benar adalah yang sesuaidengan fakta. Dalam kaitannya dengan hakikat nilai, realisme menyatakan bahwastandar tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam, dan pada taraf yang lebihrendah diatur oleh kebijaksanaan yang telah teruji dalam kehidupanPendidikan dalam pandangan realisme adalah proses perkembangan intelegensi,daya kraetif dan sosial individu yang mendorong pada terciptanya kesejahteraanumum. Pendidikan yang berdasarkan realisme konsisten dengan teori belajar S-R.Dengan demikian pendidikan juga dapat diartikan sebagai upaya pembentukan tingkahlaku oleh lingkungan.
c.

Naturalisme Romantik
Tokoh aliran filsafat ini adalah Jean Jacques Rousseau (1712-1778). Dia dilahirkandi Switzerland, tetapi sebagian besar hidupnya dihabiskan di Perancis dimana diamenjadi filsuf terpimpin pada masanya. Rousseau diakui sebagai bapak romantisisme,yaitu suatu gerakan di mana para seniman dan para penulis menekankan tema-temayang sentimentil, kealamiahan/kewajaran, dan kemurnian.
 
Gagasan

ini mempengaruhikonsepsi Rousseau tentang anak.Pandangan Rousseau tentang perkembangan anak disajikan dalam novelnya
 Emile
 (1762).
 Emile
adalah teori pendidikan yang ditujukan kepada bangsawan kaya padazamannya yang biasanya hidup artifisial dipenuhi dengan segala macam tata carahidup ningrat. Dalam karyanya yang tersohor ini, Rousseau menggambarkanperawatan dan pemantauan seorang anak laki-laki bernama Emile dari masa bayihingga dewasa muda.Ajaran filsafat naturalisme romantik Rousseau dalam
 Emile
antara lain berisigagasan sebagai berikut: “Segala sesuatu yang berasal dari Sang Pencipta adalah baik,tetapi segala sesuatu menjadi rusak karena tangan manusia. Pendidikan Emile adalahpendidikan naturalistik atau alami dalam arti: (1) pendidikan yang mengembangkankemampuan-kemampuan alami atau bakat/pembawaan anak, (2) pendidikan yangberlangsung dalam alam, dan (3) pendidikan negatif. Dengan menggunakan saranaberupa sastra, Rousseau mampu menggambarkan pandangan teoritisnya tentangperkembangan anak dan memberikan saran-saran mengenai metode yang paling tepattentang cara merawat dan mendidik anak.Yang mendasar bagi teori Rousseau adalah kembalinya kepada pandanganDescartes bahwa anak-anak dilahirkan dengan membawa pengetahuan dan ide, yangberkembang secara alamiah dengan usianya. Perkembangan dalam pandangan ini,dihasilkan

melalui suatu rangkaian tahapan yang dibimbing oleh suatu proses sejak dilahirkan. Pengetahuan itu diperoleh secara bertahap melalui interaksi denganlingkungannya yang diarahkan oleh minat dan perkembangannya sendiri. Pengetahuanbawaan anak meliputi hal-hal seperti prinsip-prinsip keadilan dan kejujuran
,
dan yangberada di atas semuanya yaitu rasa kesadaran. “Rouseau juga memandang bahwa anak 
 
Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007 
6
pada dasarnya adalah baik karena Tuhan membuat segala sesuatu baik (Krogh,1994:15).Sesuai dengan pandangan di atas, maka pendekatan untuk mendidik anak bukanlahdengan mengajar anak secara formal atau melalui pengajaran langsung, akan tetapidengan memberi kesempatan kepada mereka belajar melalui proses eksplorasi dandiskoveri. “Anak harus diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman-pengalamanpositif, diberi kebebasan dan mengikuti minat-minat spontannya. (Krogh, 1994:15).Rousseau mengkritik pendidikan yang sifatnya artifisial atau dibuat-buat , dan diamenganjurkan pendidikan itu harus natural. Dalam biografinya
Emile,
Rousseaumenyarankan bahwa untuk mendidik Emile paling sedikit harus mengandung tigagagasan yang saat ini didukung oleh beberapa ahli pendidikan.
Pertama,
anak-anak dapat didorong untuk mempelajari disiplin ilmu (
body of knowledge
) hanya apabilamereka telah memiliki kesiapan kognitif untuk mempelajarinya.
Kedua
, anak-anak belajar sebaik mungkin apabila mereka didorong secara mudah kepada informasi ataugagasan dan dilibatkan untuk memperoleh suatu pemahaman tentang dirinya melaluiproses penemuan oleh dirinya sendiri.
Ketiga,
perawatan dan pendidikan anak harusmembantu perkembangan secara permisif dari pada menggunakan jenis interaksi yangmengandung disiplin kaku, karena disiplin kaku tidak sesuai dengan pandangan yanglebih romantis tentang anak.Sesuai dengan pandangannya bahwa anak dilahirkan membawa bakat yang baik,maka pendidikan adalah pengembangan bakat anak secara maksimal melaluipembiasaan, latihan, interaksi dengan alam, permainan, partisipasi dalam kehidupan,serta penyediaan kesempatan belajar dan belajar selaras dengan tahap-tahapperkembangan anak.
d.

Pragmatisme
Aliran filsafat ini disebut juga instrumentalisme atau eksperimentalisme. Disebutinstrumentalisme karena memandang bahwa tujuan pendidikan bukanlah terminal,akan tetapi alat atau instrumen untuk mencapai tujuan berikutnya. Dan dikatakaneksperimentalisme karena untuk membuktikan kebenaran digunakan metodeeksperimen. Tokoh aliran filsafat ini antara lain John Dewey dan Williams James.Pragmatisme adalah salah satu aliran filsafat yang anti metafisika. Kenyataan yangsebenarnya adalah kenyataan fisik. Segala sesuatu dalam alam dan kehidupan iniberubah (
becoming
), hakikat segala sesuatu adalah perubahan itu sendiri. Manusiaadalah hasil evolusi biologis, psikis dan sosial. Manusia dilahirkan dalam keadaantidak dewasa dan tak berdaya, tanpa dibekali dengan bahasa, keyakinan-keyakinan,gagasan-gagasan atau norma-norma sosial. Hal ini mengandung arti bahwa setiapmanusia tumbuh secara berangsur-angsur mencapai kemampuan-kemampuan biologis,psikologis, dan sosial. Sesuai dengan pandangannya tentang hakikat realitas, manusiadipandang sebagai mahluk yang dinamis, tumbuh dan berkembang. Anak dipandangsebagai individu yang aktif.Hakikat pengetahuan menurut pragmatisme terus berkembang. Pengetahuanbersifat hipotetis dan relatif yang kebenarannya tergantung pada kegunaannya dalamkehidupan dan praktek. Pengetahuan adalah instrumen untuk bertindak sedangkandalam membahas hakikat nilai pragmatisme menyatakan bahwa tidak ada nilai yangberlaku secara universal atau absolut. Etika tidak diturunkan dari hukum tertinggi yangbersumber dari zat supernatural. Standar tingkah laku perseorangan dan sosialditentukan secara eksperimental dalam pengalaman hidup. Etika pragmatismememiliki karakteristik: empiris, relatif, partikular (khusus), dan ada dalam proses.
 
Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007 
13
adolesen (
late adolescence
) dari masa pubertas sampai dewasa. Untuk setiap faseperkembangan, Havighurst menghimpun sejumlah tugas-tugas perkembangan yangharus dikuasai anak. Dikuasai atau tidaknya tugas-tugas perkembangan pada suatufase berpengaruh bagi penguasaan tugas pada fase-fase berikutnya.Dalam pendekatan pentahapan yang bersifat khusus, dikenal pentahapan dariPiaget, Erikson, dan sebagainya. Jean Piaget mengemukakan tahap-tahap perkem-bangan dari kemampuan kognitif anak. Dalam perkembangan kognitif menurutPiaget, yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-konsep. Melaluipenguasaan konsep-konsep itu, anak mengenal lingkungan dan memecahkanberbagai problema yang dihadapi dalam kehidupannya. Ada empat tahapperkembangan kognitif anak menurut konsep Piaget, yaitu sebagai berikut.

Tahap sensorimotor, usia 0-2 tahun;

Tahap praoperasional, usia 2-4 tahun;

Tahap konkret operasional, usia 7-11 tahun;

Tahap formal operasional, usia 11-15 tahun.Tahap sensorimotor disebut juga sebagai masa
descriminating
and
labeling
.Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahasa awal,waktu sekarang dan ruang yang dekat saja. Masa praoperasional atau masaprakonseptual disebut juga sebagai masa intuitif dengan kemampuan menerimaperangsang yang terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya,walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat berpikir abstrak, persepsiwaktu dan tempat masih terbatas. Masa konkret operasional disebut juga masa
 performing operation
. Pada tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, meyusun, menderetkan, melipat danmembagi. Masa formal operasional disebut juga sebagai masa
 proportionalthinking
. Pada masa ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi. Mereka sudahmampu berpikir secara deduktif, induktif, menganalisis, menyintesis, mampuberpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai persoalan.Erick Homburger Erikson merupakan salah seorang tokoh psikoanalisispengikut Sigmund Freud. Ia memusatkan studinya terhadap perkembanganpsikososial. Ada delapan tahap perkembangan psikososial, yaitu :

Tahap I :
 Basic Trust vs Mistrust 
(0 – 1 tahun)Anak mendapat rangsangan dari lingkungan. Bila dalam merespon rangsangananak mendapat pengalaman yang menyenangkan akan tumbuh rasa percayadiri, sebaliknya menimbulkan rasa curiga

Tahap 2 :
 Autonomy vs Shame & Doubt 
(2 – 3 tahun)Anak sudah harus mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskanseluruh otot-otot tubuhnya. Bila sudah merasa mampu menguasai anggotatubuh bias menimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akanmenumbuhkan rasa malu dan ragu-ragu.

Tahap 3 :
 Initiative vs Guilt 
(4 – 5 tahun)Pada masa ini anak harus dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatanorang tua, anak harus dapat bergerak bebas dan berinteraksi denganlingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya menimbulkan rasa bersalah.
 
Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007 
14

Tahap 4 :
 Industry vs Inferiority
( 6 tahun – pubertas)Anak harus dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkandiri memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bilaanak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasaberhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.

Tahap 5 :
 Identity & Repudiation vs Identity Diffusion
(masa remaja)Masa remaja adalah masa mencari identitas diri, masa mencari danmendapatkan peran dalam masyarakat. Seorang remaja akan berhasilmemperoleh identitas diri jika ia dapat memenuhi tuntutan biologis, psikologisdan sosial yang ada dalam kehidupan. Sebaliknya, jika tidak berhasil makaterburai identitasnya.

Tahap 6 :
 Intimacy & Solidarity vs Isolation
( masa dewasa muda)Orang yang berhasil mencapai integritas identitas diri akan mampu menjalinkeintiman dengan orang lain maupun diri sendiri. Jika seorang dewasa mudamasih takut kehilangan diri sendiri bila menjalin hubungan erat (intim) denganorang lain, berarti ia belum mampu melebur identitas dirinya bersama oranglain. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan menumbuhkan keintiman denganorang lain. Jika seseorang gagal menjalin hubungan yang bersifat intim, makaakan mengucilkan diri.

Tahap 7 :
Generativity vs Stagnation
(masa dewasa)Berperan sebagai orang dewasa yang produktif, yang mampu menyumbangkantenaga dan pikirannya bagi masyarakat. Seseorang yang berhasil melaksanakanperannya seperti yang dituntut oleh masyarakat, dalam dirinya akan tumbuhperasaan ingin berkarya, sebaliknya jika tidak mampu berperan akanberkembang perasaan mandeg/stagnasi.

Tahap 8 :
 Integrity vs Despair 
(masa tua)Seseorang harus hidup dengan apa yang telah dijalaninya selama ini. Secaraideal seyogyanya ia telah mencapai integritas diri. Integritas diri adalahmenerima segala keterbatasan yang ada dalam kehidupan, memiliki rasa bahwaia adalah bagian dari sejarah kehidupan. Sebaliknya bila ia merasa tidak berbuat apa-apa dalam hidup, menyesali hidup, takut menghadapi kematian,menimbulkan rasa putus asa.Berbagai perkembangan yang terjadi pada anak usia dini diperoleh melaluikematangan dan belajar. Perkembangan karena faktor belajar dapat terjadi dalamberbagai situasi lingkungan dimana terjadi interaksi anak dengan manusia (orangdewasa, teman dan adik) dan dengan lingkungan alam sekitar. Pemahaman konseptentang bagaimana anak belajar pada berbagai kondisi lingkungan tersebut dapatditelaah dan digambarkan melalui psikologi belajar. Belajar pada dasarnyamerupakan proses perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen sebagaihasil interaksi individu (anak) dengan lingkungannya. Dalam proses interaksidengan lingkungan, banyak konsep psikologi belajar memberikan penjelasan dariberbagai perspektif sesuai kajian para ahli, termasuk tentang bagaimana cara anak usia dini melakukan aktivitas yang dinamakan belajar tersebut. Menurut Morris L.Bigge dan Murice P Hunt (1980 : 226-227) ada tiga rumpun teori belajar yangmemberikan penjelasan tentang bagaimana belajar itu terjadi, yaitu teori disiplinmental,
behaviorisme
dan
cognitive gestalt field.

 
Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007 
15
1) Menurut rumpun teori disiplin mental, dari kelahirannya atau secara herediter,anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Belajar merupakan upaya untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut. Ada beberapa teori yang termasuk rumpun disiplin mental yaitu : disiplin mental theistic, disiplin mentalhumanistic, naturalisme dan apersepsi.Teori disiplin mental theistic berasal dari psikologi daya. Menurut teori ini,individu atau anak mempunyai sejumlah daya mental seperti untuk mengamati,menanggap, mengingat, berpikir, memecahkan masalah, dan sebagainya.Belajar merupakan proses melatih daya-daya tersebut. Bila daya-daya tersebutterlatih maka dengan mudah dapat digunakan untuk menghadapi ataumemecahkan berbagai masalah. Teori disiplin mental humanistic bersumberpada psikologi humanisme klasik dari Plato dan Aristoteles. Teori ini hampirsama dengan teori pertama bahwa anak memiliki potensi-potensi. Potensi-potensi perlu dilatih agar berkembang. Perbedaannya dengan teori disiplinmental theistic, teori ini menekankan bagian-bagian, latihan bagian atau aspek tertentu. Teori disiplin mental humanistic lebih menekankan keseluruhan,keutuhan. Pendidikannya menekankan pendidikan umum (
general eduation).
 Kalau seseorang menguasai hal-hal yang bersifat umum akan mudah ditransferatau diaplikasikan kepada hal-hal lain yang bersifat khusus.Teori naturalisme atau
natural unfoldment 
atau
self actualization.
Teori iniberpangkal dari psikologi naturalisme romantic dengan tokoh utamanya JeanJecques Rousseau. Sama dengan kedua teori sebelumnya bahwa anak mempunyai sejumlah potensi atau kemampuan. Kelebihan dari teori ini adalahmereka berasumsi bahwa individu bukan saja mempunyai potensi ataukemampuan untuk berbuat atau melakukan berbagai tugas, tetapi juga memilikikemauan dan kemampuan untuk belajar dan berkembang sendiri. Agar anak dapat berkembang dan mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya,pendidik atau guru perlu menciptakan situasi yang permisif, yang jelas. Melaluisituasi demikian, ia dapat belajar sendiri dan mencapai perkembangan secaraoptimal.Teori belajar yang keempat adalah teori apersepsi, disebut juga Herbartisme,bersumber pada psikologi strukturalisme dengan tokoh utamanya Herbart.Menurut aliran ini belajar adalah membentuk masa apersepsi. Anak mempunyai kemampuan untuk mempelajari sesuatu. Hasil dari suatu perbuatanbelajar disimpan dan membentuk suatu masa apersepsi dan masa apersepsi inidigunakan untuk mempelajari atau mengasai pengetahuan selanjutnya.Demikian seterusnya, semakin tinggi perkembangan anak, semakin tinggi pulamasa apersepsinya.2) Rumpun atau kelompok teori belajar yang kedua adalah Behaviorisme, yangbiasa disebut
S-R Stimulus-Respon.
Kelompok ini mencakup tiga teori yaitu
S- R Bond, Conditioning
,
 Reinforcement.
Kelompok teori ini berangkat dariasumsi bahwa anak atau individu tidak memiliki atau membawa potensi apa-apa dari kelahirannya. Perkembangan anak ditentukan oleh faktor-faktor yangberasal dari lingkungan. Lingkungan, apakah lingkungan keluarga, sekolahatau masyarakat, lingkungan manusia, alam, budaya, religi yang
 
 
Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007 
18

3.

 Landasan Neurosains
Neurosains merupakan salah satu lompatan keilmuan pendukung yang sangatmemberikan kontribusi dalam menelaah dan memahami perkembangan psikologismelalui kajian keilmuan tentang sel syaraf. Temuan yang dimaksud diantaranyadikemukakan oleh Wittrock (dalam Clack, 1983) menemukan bahwa terdapat tigawilayah perkembangan otak yang semakin meningkat yaitu serabut dendrit,kompleksitas hubungan dendrit dan pembagian sel syaraf.Berbagai penelitian telah dilakukan para ahli dimulai dari Binet-Simon (1908-1911) hingga Gardner (1998) yang berbicara pada fokus yang sama yaitu fungsi otak yang terkait dengan kecerdasan. Otak yang berada di dalam organ kepala memilikiperan yang sangat penting selain sebagai pusat sistem syaraf juga berperan pentingdalam menentukan kecerdasan seseorang. Begitu pentingnya fungsi otak sehinggabanyak ahli untuk meneliti dan menggali optimalisasi fungsi kerja otak dalammengembangkan sumber daya manusia. Optimalisasi kecerdasan dimungkinkanapabila sejak usia dini, anak telah mendapatkan stimulasi yang tepat untuk perkembangan otaknya. Pada saat kelahiran, otak bayi mengandung 100 milyar neurondan satu triliun sel glia yang berfungsi sebagai perekat serta synap (cabang-cabangneuron) yang akan membentuk sambungan antar neuron. Sambungan-sambungan antarneuron inilah yang akan membentuk pengalaman yang akan dibawa anak seumurhidupnya.Sesudah kelahiran, kegiatan otak dipengaruhi dan tergantung pada kegiatan neurondan cabang-cabangnya dalam membentuk bertriliun-triliun sambungan antar neuron.Melalui persaingan alami, otak akan memusnahkan sambungan (sinapsis) yang jarangdigunakan. Pemantanpan sambungan terjadi apabila neuron mendapatkan informasiyang mampu menghasilkan letupan-letupan listrik. Letupan tersebut merangsangbertambahnya produksi myelin yang dihasilkan oleh zat perekat glial. Semakinbanyaknya zat myelin yang diproduksi maka semakin banyak dendrit-dendrit yangtumbuh, sehingga akan semakin banyak synap yang berarti lebih banyak neuron-neuron yang menyatu membentuk unit-unit. Kualitas kemampuan otak dalammenyerap dan mengolah informasi tergantung dari banyaknya neuron yangmembentuk unit-unit. Synap ini akan bekerja secara cepat sampai usia anak lima-enamtahun. Banyaknya jumlah sambungan tersebut mempengaruhi kualitas kemampuanotak sepanjang hidupnya. Pertumbuhan jumlah jaringan otak dipengaruhi olehpengalaman yang didapat anak pada awal-awal tahun kehidupannya, terutamapengalaman yang menyenangkan. Pada fase perkembangan ini anak memiliki potensiyang luar biasa dalam mengembangkan berbagai kemampuannya yang meliputikemampuan berbahasa, kognitif, motorik, sosialisasi dan sebagainya. Bila anak tidak mendapat lingkungan yang merangsangnya, maka perkembangan otaknya tidak akanberkembang dan anak akan menderita. Penelitian terbaru menemukan bahwa apabilaanak-anak jarang diajak bermain atau jarang disentuh, perkembangan otaknya 20%atau 30% lebih kecil daripada ukuran normalnya pada usia itu.
4.

 Landasan Sosio-Antropologi
Perkembangan anak pada berbagai dimensi perkembangan tidak pernah terlepasdasi konteks kehidupan sosial dan kultural yang melatar belakanginya. Lingkungankehidupan sosial dan kultur yang ada di sekitar anak akan memberikan pengaruh padaproses belajar anak dan perubahan potensi sebagai hasil dari proses belajar itu sendiri.Kehidupan sosio-kultural yang paling dekat dengan anak adalah lingkungan keluarga,
 
Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007 
19
tetangga dan lembaga sosial serta lembaga kependidikan lain yang mengasuhnya.Konteks sosio-kultural dapat menyajikan sejumlah pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan pengalaman hidup yang beragam sehingga anak akan memiliki sejumlah
 preferency
dalam membangun kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri atau secarabersama-sama dengan orang lain. Pengalaman sosial dan kultural akan menjadi pengisiperspektif kehidupan anak dalam berbagai aspek potensi perkembangannya mencakupcara berbahasa, cara berpikir, kehidupan beragama dan bermoral dan kebiasaanmengendalikan emosi serta kemandirian. Pada dimensi yang luas, kehidupan sosialanak dibangun juga oleh kehadiran berbagai media masa, terutama TV, Video Gamesdan Film sebagai produk kultural manusia akan menjadi faktor lain yang dapatmempengaruhi perkembangan anak. Kurikulum yang dikembangkan harusmengakomodasi dan mempertimbangkan secara cermat berbagai kondisi sosio-kulturalseperti itu. Seiring dengan pengalaman interaksional anak dengan kehidupan sosial dankulturalnya, desakan untuk memberikan perlindungan dan pemenuhan hak azasi anak  juga menjadi salah satu koridor yang perlu dan mendesak untuk dipertimbangkandalam menata serta mengembangkan kurikulum utuh untuk PAUD.
5.

 Hakikat Anak Usia Dini
a.

Keunikan Anak Usia Dini
Setiap anak bersifat unik, tidak ada dua anak yang sama sekalipun kembarsiam. Setiap anak terlahir dengan potensi yang berbeda-beda; memiliki kelebihan,bakat dan minat sendiri. Ada anak yang berbakat menyanyi, ada pula yangberbakat menari, matematika, bahasa, dan adapula yang berbakat olah raga.Kenyataan menunjukkan bahwa setiap anak tidak sama, ada yang sangat cerdas,ada yang biasa saja, dan ada yang kurang cerdas. Perilaku anak juga beragam,demikian pula langgam belajarnya. Oleh karena itu para pendidik anak usia diniperlu mengenal pembelajaran untuk anak yang berkebutuhan khusus. Denganmemahami kebutuhan khusus setiap anak diharapkan para guru mampumengembangkan potensi anak dengan baik.Ki Hadjar Dewantara(1957) merangkum semua potensi anak menjadi cipta,rasa, dan karsa. Teori
 Multiple Intelligencies
(Kecerdasan Ganda) dari Gardner(1998) menyatakan ada delapan tipe kecerdasan. Biasanya seorang anak memilikisatu atau lebih kecerdasan, tetapi amat jarang yang memiliki secara sempurnadelapan kecerdasan tersebut. PAUD bertujuan membimbing dan mengembangkanpotensi setiap anak agar dapat berkembang secara optimal sesuai tipekecerdasannya. Oleh karena itu guru harus memahami kebutuhan khusus dankebutuhan individual anak. Memang disadari ada faktor-faktor pembatas, yaitufaktor-faktor yang sulit atau tidak dapat diubah dalam diri anak yaitu faktorgenetis. Oleh karenanya PAUD diarahkan untuk memfasilitasi setiap anak denganlingkungan belajar dan bimbingan belajar yang tepat agar anak dapat berkembangsesuai kapasitas genetisnya.Anak usia dini sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling pesat. Pertumbuhan dan perkembangan telah dimulaisejak prenatal, yaitu sejak dalam kandungan. Pembentukan sel syaraf otak, sebagaimodal pembentukan kecerdasan, terjadi saat anak dalam kandungan. Setelah lahirtidak terjadi lagi pembentukan sel syaraf otak, tetapi hubungan antar sel syaraf otak (sinap) terus berkembang. Begitu pentingnya usia dini, sampai ada teori yangmenyatakan bahwa pada usia empat tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan80% pada usia delapan tahun.
 
Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007 
20
Anak usia dini juga sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang sangat pesat. Sel-sel tubuh anak tumbuh danberkembang amat cepat. Tahap awal perkembangan janin sangat penting untuk pengembangan sel-sel otak, bahkan pada saat lahir jumlah sel otak tidak bertambahlagi. Selanjutnya setelah lahir terjadi proses mielinasi dari sel-sel syaraf danpembentukan hubungan antar sel syaraf, dua hal yang sangat penting dalampembentukan kecerdasan. Makanan bergizi dan seimbang serta stimulai pikiransangat diperlukan untuk mendukung proses tersebut. Selain pertumbuhan danperkembangan fisik dan motorik, perkembangan moral (termasuk kepribadian,watak, dan akhlak), sosial, emosional, intelektual, dan bahasa juga berlangsungamat pesat. Oleh karena itu usia dini (usia 0-8 tahun) juga disebut tahun emas atau
golden age
. Oleh karena itu jika ingin mengembangkan bangsa yang cerdas,beriman dan bertaqwa, serta berbudi luhur hendaklah dimulai dari PAUD. Itulahsebabnya negara-negara maju amat serius mengembangkan PAUD, tidak dianggapsebagai pelengkap, tetapi sama pentingnya dengan pendidikan SD atau sekolahmenengah.
b.

Cara Belajar Anak Usia Dini
Anak usia dini belajar dengan caranya sendiri. Bermain erupakan cara belajaryang sangat penting bagi anak usia dini. Sering guru dan orangtua mengajarkananak sesuai dengan jalan pikiran orang dewasa, seperti melarang anak untuk bermain. Akibatnya apa yang diajarkan orangtua sulit diterima anak dan banyak hal yang disukai oleh anak dilarang oleh orangtua; sebaliknya banyak hal yangdisukai orangtua tidak disukai anak. Untuk itu orangtua dan guru anak usia diniperlu memahami hakikat perkembangan anak dan hakikat PAUD agar dapatmemberi pendidikan yang sesuai dengan jalan pikiran anak.Berbagai teori belajar pada anak seperti teori Piaget, Vygotsky, Montessori,Bandura, Case, Bruner, dan Smilansky menjelaskan cara belajar anak dari berbagaisudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu teori belajar tersebut perlu dipilih dandisesuaikan dengan karakteristk anak serta materi ajarnya. Modalitas belajar anak  juga berbeda-beda, sehingga cara anak belajar berbeda pula. Anak tipe auditif,misalnya, berbeda cara belajarnya dengan tipe visual dan kinestetik. Untuk itu gurudan orangtua perlu memahami karakteristik anak agar dapat memberi bantuanbelajar yang paling tepat..
6.

 Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Ilmu Pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi; salah satunya ialahPAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-8 tahun. Anak usia tersebutdipandang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak usia di atasnya sehinggapendidikan untuk anak usia tersebut dipandang perlu untuk dikhususkan. PAUD telahberkembang dengan pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju karena mengembangkan sumberdaya manusia lebih mudah jika dilakukansejak usia dini.PAUD adalah ilmu multi dan interdisipliner, artinya tersusun oleh banyak disiplinilmu yang saling terkait. Ilmu Psikologi perkembangan, ilmu Pendidikan, Neurosains,ilmu Bahasa, ilm Seni, ilmu Gizi, ilmu Biologi perkembangan anak, dan ilmu-ilmuterkait lainnya saling erintegrasi untuk membahas setiap persoaan PAUD. Untuk mengembangkan kemampan intelektual anak, diperlukan berbagai kegiatan yangdilandasi dengan ilmu psikologi, ilmu pendidikan, ilmu matematika untuk anak, sains
 
Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007 
21
untuk anak, dan seterusnya. Beberapa komponen yang terkait dengan pendidikan anak usia dini adlah sebagai berikut.
a. Kurikulum PAUD
Kurikulum PAUD bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak (
thewhole child 
) agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh seuai kultur,budaya, dan falsafah suatu bangsa. Anak dapat dipandang sebagai individu yang barumulai mengenal dunia. Ia belum mengetahui tatakrama, sopan-santun, aturan, norma,etika, dan berbagai hal tentang dunia. Ia juga sedang belajar berkomunikasi denganorang lain dan belajar memahami orang lain. Anak perlu dibimbing agar mampumemahami berbagai hal tentang dunia dan isinya. Ia juga perlu dibimbing agarmemahami berbagai fenomena alam dan dapat melakukan keterampilan-keterampilanyang dibutuhkan untuk hidup di masyarakat. Interaksi anak dengan benda dan denganorang lain diperlukan untuk belajar agar anak mampu mengembangkan kepribadian,watak, dan akhlak yang mulia. Usia dini merupakan saat yang amat berharga untuk menenamkan nilai-nilai nasionalisme, kebangsaan, agama, etika, moral, dan sosialyang berguna untuk kehidupannya dan strategis bagi pengembangan suatu bangsa.
b. Pembelajaran PAUD
Pembelajaran bersifat holistik dan terpadu. Pembelajaran mengembangkan semuaaspek perkembangan, meliputi (1) moral dan nilai-nilai agama, (2) sosial- emosional,(3) kognitif (intelektual), (4) bahasa, (5) Fisik-motorik, (6) Seni. Pembelajaran bersifatterpadu yaitu tidak mengajarkan bidang studi secara terpisah. Satu kegiatan dapatmenjadi wahana belajar berbagai hal bagi anak. Bermain sambil belajar, dimana esensibermain menjiwai setiap kegiatan pembelajaran amat penting bagi PAUD. Esensibermain meliputi perasaan senang, demokratis, aktif, tidak terpaksa, dan merdekamenjadi jiwa setiap kegiatan. Pembelajaran hendaknya disusun sedemikian rupasehingga menyenangkan, membuat anak tertarik untuk ikut serta, dan tidak terpaksa.Guru memasukkan unsur-unsur edukatif dalam kegiatan bermain tersebut, sehinggaanak secara tidak sadar telah belajar berbagai hal.Materi pembelajaran PAUD juga amat variatif. Ada pendapat yang menyatakanbahwa PAUD hanya mengembangkan logika berpikir, berperilaku, dan berkreasi.Adapula yang menyatakan bahwa PAUD juga mempersiapkan anak untuk siap belajar(
ready to learn
); yaitu siap belajar berhitung, membaca, menulis. Ada pula yangmenyatakan bahwa materi pembelajaran bebas, yang penting PAUD mengembangkanaspek moral-agama, emosional, sosial, fisik-motorik, kemampuan berbahasa, seni, danintelektual. PAUD membimbing anak yang
 premoral
agar berkembang ke arah
moralrealism
dan
moral relativism
. Pembelajaran membimbing anak dari yang bersifategosentris-individual, ke arah prososial, dan sosial-komunal. Pembelajaran jugamelatih anak menganal jati dirinya (
self identity
), menghargai dirinya (
self esteem
),dan kemampuan akan dirinya (
self efficacy
). Banyak pertanyaan dari guru danorangtua tentang bolehkan mengajarkan anak berhitung, membaca, dan menulis.Bukannya tidak boleh mengajarkan semua itu, tetapi yang penting ialah anak sudahsiap dan guru menggunakan cara-cara yang sesuai untuk belajar anak.
c. Seting Lingkungan Belajar
Untuk membelajarkan anak, lingkungan perlu ditata agar kondusif untuk belajar.Penataan lingkungan belajar dan fasilitas belajar untuk anak usia dini amat penting
 
Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007 
40
b.

Perlu disusun tahapan perkembangan anak mulai dari usia lahir sampai 8(delapan) tahun sebagai dasar penentuan SK dan KD untuk SD kelas awalsehingga ada kesinambungan kompetensi antara TB/KB, TK/RA. c.

Perlu dikembangkan komponen Standar Nasional Pendidikan untuk PAUDyang didasarkan pada naskah akademik (misalnya standar proses, pengelolaan& penilaian).d.

Perlu dikembangkan model-model KTSP PAUD agar dapat menjadi pilihanbagi lembaga penyelenggara PAUD.
 
Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD – Tahun 2007 
41
DAFTAR PUSTAKA
Bodrova, E. & Leong, L. J. (1996).
Tools of the Mind: A Vygotskian approach to earlychildhood education
. Englewood Cliffs, NJ: Merrill Publishing Company.Black, J. et all. (1995).
The Young child: Development from Birth through Age Eight 
. NewYork: Merrill Publishing Co.Brazelton, T. Berry. (199).
 How the brain and mind develop in the first five years
. NewYork, NY: Batam Books.Bredekamp, S. & Rosegrant, T. (Eds). (1992).
 Reaching Potentials: appropriateCurriculum and Assessment for Young Children
. V-1. Washington, DC.: NAEYC.Brewer, J. A. (1995).
 Introduction to Early Childhood Education: prekindergarten to primary grades.
New York: Allyn & BaconBuzan, T. (1989).
Use both sides of your brain
. New York, NY: Penguin Book.Departeman Pendidikan Nasional (2004).
Kurikulum 2004: Standar Kompetensi

Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak-Kanak Dan Raudhatul Athfal
. Jakarta:Departeman Pendidikan NasionalDeparteman Pendidikan Nasional (2005).
Kurikulum 2004: Standar Kompetensi

Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak-Kanak Dan Raudhatul Athfal
.Jakarta:Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan MenengahDeparteman Pendidikan Nasional (2007).
Kerangka Dasar Kurikulum PAUD.
Jakarta:Departeman Pendidikan NasionalDeparteman Pendidikan Nasional (2007). Standar Perkembangan Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departeman Pendidikan NasionalDeparteman Pendidikan Nasional (2007). Standar Perkembangan Anak Lahir S.D 6Tahun. Jakarta: Departeman Pendidikan NasionalDeparteman Pendidikan Nasional (2005). Pedoman Pengembangan Silabus Di TamanKanak-Kanak. Jakarta:Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar DanMenengahDeparteman Pendidikan Nasional (2005). Pedoman Pembelajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan MenengahDirektorat Pendidikan Anak Dini Usia (2002). Acuan Menu Pembelajaran PadaPendidikan Anak Dini Usia. Jakarta: Diektorat Jenderal Pendidikan Luar SekolahDan Pemuda.Gallagher, J.M. & Reid, D.K. (1981).
The Learning Theory of Piaget and Inhelder 
.Monterey, CA: Brooks/Cole.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar