Rabu, 15 Mei 2013

CIRI-CIRI SEKOLAH BERMUTU



Ciri-Ciri Sekolah Bermutu
Merujuk pada pemikiran Edward Sallis, Sudarwan Danim (2006) mengidentifikasi ciri-ciri sekolah bermutu, yaitu:
  1. Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
  2. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul, dengan komitmen untuk bekerja secara benar dari awal.
  3. Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya, sehingga terhindar dari berbagai “kerusakan psikologis” yang sangat sulit memperbaikinya.
  4. Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas, baik di tingkat pimpinan, tenaga akademik, maupun tenaga administratif.
  5. Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai instrumen untuk berbuat benar pada masa berikutnya.
  6. Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas, baik untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
  7. Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya.
  8. Sekolah mendorong orang dipandang memiliki kreativitas, mampu menciptakan kualitas dan merangsang yang lainnya agar dapat bekerja secara berkualitas.
  9. Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang, termasuk kejelasan arah kerja secara vertikal dan horozontal.
  10. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
  11. Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai sebagai jalan untuk untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut.
  12. Sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya kerja.
  13. Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai suatu keharusan
Sumber:
Sudarwan Danim. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara

Sabtu, 20 April 2013

MODEL BCCT

PEMBELAJARAN DENGAN METODE BCCT
(BEYOND CENTRES AND CIRCLE TIMES)
PAUD TERPADU KARTINA
 
       karyabaktinanda@yahoo.com 
Disusun oleh: Tina Maryani, S.I.P, S.Pd, M.M

¨
¨Pendekatan belajar melalui bermain yang saat ini direkomendasikan dan yang paling dipahami oleh Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini Kementrian Pendidikan Nasional adalah metode bermain  yang dikembangkan oleh Dr. Pamela C. Phelps dari the Creative Preschool-Florida, yang disebut metode Beyond Centres and Circle Times (BCCT). Metode ini mengembangkan permainan-permainan yang sesuai bagi tumbuh kembang anak usia dini dana mampu memenuhi kebutuhan anak melalui kegiatan di sentra-sentra serta mendapat pijakan-pijakan dari pendidik pada saat  lingkaran sebelum dan setelah main.
 
¨Dengan bermain sambil belajar ini, anak tidak akan merasa takut akan tertinggal pelajaran, sehingga tidak akan ada pemaksaan terhadap anak untuk mengejar ketinggalannya. Mereka benar-benar belajar secara individual (bukan berarti menjadikan mereka anak yang individualistis dan egois), tetapi
¨Oleh karena itu model pembelajaran anak usia dini (BCCT) harus didasarkan kepada prinsip-prinsip dan tahap perkembangan anak yang mengacu pada perkembangan potensi dan minat setiap anak melalui penyediaan lingkungan belajar yang kaya dan memasukkan esensi bermain pada setiap pembelajarannya. Esensi bermain yang meliputi perasaan senang, bebas dan merdeka harus menjiwai setiap kegiatan pembelajaran.
akhirnya mereka belajar sesuai kebutuhan dan kemampuan masing-masing individu. Karena di setiap sentra terdapat berbagai pilihan kegiatan bermain yang juga memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, sehingga anak yang cepat tidak akan merasa jenuh/bosan karena terlalu mudah, dan anak yang lambat tidak akan frustasi karena sulit.
 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN YANG BENAR, MEMPERHATIKAN
¨Setiap anak unik dan berbeda dengan yang lain
¨Anak bukan orang dewasa dalam bentuk mini (anak memiliki dunianya sendiri)
¨Dunia anak adalah dunia bermain
¨Setiap karya anak berharga
¨Setiap anak berhak mengekspresikan keinginannya
¨Setiap anak berhak mencoba dan melakukan kesalahan (sebab anak belum tahu salah dan benar)
¨Setiap anak memiliki naluri sebagai peneliti (beri kesempatan untuk bereksplorasi dengan lingkungan sekitarnya)
¨Setiap anak membutuhkan rasa aman (ia tidak mau dikekang, dipaksa, diancam, dan ditakut-takuti)
nak unik dan berbeda dengan yang lain
¨Anak bukan orang dewasa dalam bentuk mini (anak memiliki dunianya sendiri)
¨Dunia anak adalah dunia bermain
¨Setiap karya anak berharga
¨Setiap anak berhak mengekspresikan keinginannya
¨Setiap anak berhak mencoba dan melakukan kesalahan (sebab anak belum tahu salah dan benar)
¨Setiap anak memiliki naluri sebagai peneliti (beri kesempatan untuk bereksplorasi dengan lingkungan sekitarnya)
¨Setiap anak membutuhkan rasa aman (ia tidak mau dikekang, dipaksa, diancam, dan ditakut-takuti)
 EMPAT LANGKAH UNTUK MENCAPAI PENGALAMAN MAIN YANG BERMUTU
Pijakan Lingkungan
Pijakan Pengalaman Sebelum Main
Pijakan Pengalaman Saat Main Setiap Anak
Pijakan Pengalaman Setelah Main
PENGERTIAN PIJAKAN (SCAFFOLDING)
¨Dukungan yang berubah-ubah selama kegiatan belajar, dimana mitra yang lebih terampil menyesuaikan dukungannya terhadap tingkat kinerja anak pada saat dibutuhkannya. Jadi, dukungan akan lebih banyak diberikan ketika tugas atau pekerjaan masih baru dikenal anak, dan dukungan akan lebih sedikit diberikan ketika kemampuan anak sudah meningkat. Dengan demikian, akan menanamkan penguasaan diri dan kemandirian anak.
 Dokumentasi 4 langkah kegiatan
1. Pijakan Lingkungan
 
 Bridging untuk kelompok TK
 Apa itu bridging ?
¨Merupakan aktivitas/kegiatan bagi peserta didik TK khususnya Kelompok B untuk mempersiapkan diri menuju jenjang yang lebih tinggi yaitu SD. Bridging bisa berupa kegiatan cooking class, komputer, mengerjakan majalah, Iqro atau buku LKS bila ada. Setelah siswa melakukan bridging, baru ke pijakan sebelum main.
 
MAKAN KUDAPAN BERSAMA

  
2. Pijakan sebelum main
 3. Pijakan saat main
 
 
  433 Untuk peser